Hal 89
1. Njampangi
"Polisi
Afin rada gumun dene komandhane njampangi laku."
Analisis : Kata njampangi berasal
dari bahasa Jawa yang berarti mengintai. Kata ini terjadi karena penyimpangan
kata dasar. Kata tersebut untuk menggambarkan seperti detektif yang akan
menangkap tersangka. Kata tersebut sudah benar dan tak perlu dibenarkan.
2. Sesindheman
"Pak
Rasyid kang lagi diawat-awati kanthi sesindheman."
Analisis : Sesindheman berasal dari
bahasa Jawa yang berarti temenanan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata
dasar. Kata tersebut menggambarkan
seorang polisi yang ingin menangkap dengan sigap. Kata tersebut dapat di ganti
temenanan apabila novel “Garuda Putih” dalam bahasa jawa orang Jawa Tengah.
3. Racak
“Untune
kang putih katon racak cetha.”
Analisis : Racak itu berasal dari
Jawa Timuran yang berarti kemilau. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata
dasar. Kata yang benar adalah cemplorot apabila di dalam bahasa Jawa Tengahan.
Hal 90
1. Ngurus-urus
“Lan
sing esuk kuwi polisi ngurus-urus anane rajapati ing tretes kono.”
Analisis
: Ngurus-urus adalah bentuk pengulangan kata yang berarti mengurus yang dari
kata dasar urus. Perulangan ini pada
dasarnya mendapatkan penambahan prefiks nasal (N-). Menurut saya, kata di atas
tidak usah di ulang dan yang benar adalah ngurusi.
2.
Disengguh-sengguh
“Dadi Guritna sing
katon kuwi ya disengguh-sengguh kadidene durjana utama kuwi.”
Analisis
: Disengguh-sengguh berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti dituduh.
Perulangan kata ini pada dasarnya mendapatkan penambahan prefiks di-. Kata yang
benar adalah dipunsengguh tak usah di ulang.
3.
Angger-anggere
“Nanging, marga jenenge
ya durjana, solah tingkah sing nerak angger-anggere negara.”
Analisis
: Angger-anggere memiliki arti peraturan. Perulangan ini menyatakan kepada
orang untuk tidak melanggar peraturan negara. Kata yang benar adalah
anggeripun.
4.
Bandha-bandhu
“Ora mung bab
bandha-bandhu.”
Analisis
: Kata bandha-bandhu itu menjelaskan tentang benda. Perubahan pada kata
tersebut karena ada perubahan vokal. Kata yang benar tanpa perulangan adalah
bandha.
5.
Dipaeka
“Wong wedok sing
dipaeka.”
Analisis
: Dipaeka adalah kata yang berarti dijaili. Kata ini terjadi karena
penyimpangan kata dasar. Kata dipaeka mendapatkan imbuhan prefiks di-. Kata
yang benar adalah dipunpaeka.
6.
Nyimpekake
“Dene Garuda Putih
pancen pinter nyimpekake polisi.”
Analisis
: Nyimpekake adalah kata yang berasal dari bahasa Jawa Timuran tetapi dalam
bahasa Jawa Tengah adalah nyepelekake atau meremehkan. Kata ini terjadi karena
penyimpangan kata dasar. Kata nyimpekake mendapat imbuhan prefiks nasal (N-)
dan sufiks (-ake). Kata tersebut sudah benar.
Hal
91
1.
Dipaelu
“Layang serbet kertas
sing sajak ditulis kesusu, kertas saanane, meh ora dipaelu dening polisi.”
Analisis
: Dipaelu berasal dari bahasa orang Jawa Timur tetapi dalam bahasa orang Jawa
Tengah adalah diwenehake atau diberikan. Kata ini terjadi karena penyimpangan
kata dasar. Kata Dipaelu mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata yang benar
adalah dipunpaelu.
2.
Cepak-cepake
“Sawise rampung tenan
cepak-cepake.”
Analisis
: Cepak-cepake dapat diartikan menyiapkan. Kata ini berasal dari kata dasar
cepak dan kata tersebut diulang karena menyampaikan kata kerja. Dan kata ini
terjadi karena penggunaan kata ulang.
3.
Dipameri
“Ing kana arep dipameri
kajuligane anggone ada-ada tumindak kadurjanan Rajapati.”
Analisis
: Kata dipameri memiliki arti pamer. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata
dasar. Kata tersebut mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan sufiks (i-). Kata
yang benar adalah dipunpameri.
Hal
92
1.
Emah-emah
“Kula lajeng tunangan
kaliyan Dhik Warni, malah badhe emah-emah wulan ngajeng, yen mboten wonten aral
. . . .!”
Analisis
: Kata emah-emah adalah bahsa orang jawa timur tetapi orang jawa tengah sering
mengucapkan dengan kata omah-omah. Kata dasar dari kata tersebut adalah omah
tetapi berubah vokal. Kata yang benar tanpa perulangan adalah omah.
2.
Penning
“Saniki malah kangge
damel panning napa stiker niku barang.”
Analisis
: Kata penning itu sering digunakan oleh orang Jawa Timur tetapi diartikan
bahwa kate penning adalah seperti banner yang untuk iklan. Kata ini terjadi
karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut berubah vokal. Kata yang benar
dalam bahasa Indonesia adalah spanduk.
Hal
93
1.
Nawekaken
“Kula nawekaken mesin
ingkang langkung enggal.”
Analisis
: Kata nawekaken memiliki kata dasar tawa dan diartikan menawarkan. Kata ini
terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini mendapat imbuhan prefiks nasal
(N-). Kata yang benar adalah nawakake.
Hal
94
1.
Diengge
“La, mongsok kertas
kula sing diengge kintun serat lan diblesekake teng dhadhane Abisuna?”
Analisis
: Kata diengge berasal dari kata dasar kangge yang mendapatkan imbuhan prefiks
(di-). Kata tersebut memiliki arti dipakai dan terjadi karena penyimpangan kata
dasar. Kata yang benar adalah dipunengge.
2.
Toblas
“Toblas!” Kapten
Muhajir eram lan kelegan atine.
Analisis
: Kata toblas terjadi karena adanya pemendekan kata. Dan toblas itu berarti ora
toto blas. Kata tersebut bila dibenarkan adalah ora duwe sopan blas.
Hal
95
1.
Nliti
“Genahe sampeyan ajeng
nliti napa tiyang-tiyang sing diundang Garuda Putih pun nglempak dereng.”
Analisis
: Kata nliti berasal dari kata dasar teliti dan terjadi perubahan karena
mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini terjadi karena penyimpangan
kata dasar. Kata nliti apabila dibenarkan adalah dipunteliti.
2.
Plenggang-plenggong
“Guritna rada
plenggang-plenggong.”
Analisis
: Kata plenggang-plenggong berasal dari kata dasar lenggong. Kata tersebut
memiliki arti melamun. Kata tersebut terjadi karena ada perubahan vokal. Kata
tersebut tidak ada pembenaran.
3.
Dospundi
“Lo! Dospundi ta,
niki?!”
Analisis
: Kata dospundi terjadi karena pemendekan kata yang apabila dipbenarkan dadi kados
pundi.
4.
Didukani
“Kula niki enten napa,
kok terus didukani lan diterka kados ngoten?!”
Analisis
: Kata didukani berkata dasar duka yang mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan
sufiks (i-). Kata ini berarti dimarahi. Ini terjadi karena penyimpangan kata
dasar. Kata tersebut sudah benar.
5.
Ngringkus
“Mesthi wae Letnan
Maduwan uga bakal urun tenaga kadidene polisi, siyaga ngringkus durjana!”
Analisis
: Kata didukani berkata dasar ringkus yang mendapatkan imbuhan prefiks nasal
(N-). Kata ini berati menangkap. Ini terjadi karena penyimpangan kata dasar.
Kata tersebut sudah benar.
Hal
96
1.
Tindak-tanduk
“Sampeyan mesthi
ngertos, tindak-tanduk sampeyan diawasi dening polisi.”
Analisis
: Kata tindak-tanduk tersebut memiliki arti perilaku. Kata tersebut terjadi
karena ada perubahan vokal. Kata yang benar dan tak perlu ada perulangan adalah
tumindak.
2.
Enten lan ukum
“Yen enten bukti-bukti
kula alaku sèdhèng utawi nerak ukum.”
Analisis
: Kata enten lan ukum terjadi karena
pemendekan kata. Apabila tidak terjadi pemendekan kata yaitu kata yang benar
adalah wonten dan hukum.
3.
Ditutake
“Kapten Muhajir
jumangkah amba, ditutake dening Letnan Polisi Maduwan.”
Analisis
: Kata ditutake berkata dasar ikut dalam bahasa indonesia. Kata ini mendapatkan
imbuhan prefiks (di-) dan terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini
berarti diikuti. Kata tersebut tak perlu ada pembenaran.
4.
Njenengan
“Ning, apa sing mateni
wong neng hotele Lik Suhud Njenengan?”
Analisis
: Kata njenengan terjadi karena pemendekan kata dan mendapatkan imbuhan prefiks
nasal (N-). Apabila kata yang benar adalah panjenengan.
5.
Ngrangkul
“Lan kepengin mulyakake
sliramu,” ujare Guritna karo ngrangkul bangkekane Rara Suwarni.
Analisis
: Kata ngrangkul berkata dasar rangkul dan memiliki arti merangkul. Kata ini
terjadi karena penyimpangan kataa dasar yang mendapatkan imbuhan prefiks nasal
(N-). Kata tersebut tak perlu ada pembenaran.
Hal
97
1.
Rak
“Nanging, kowe rak ya
ora kuciwa ta.”
Analisis
: Kata rak terjadi karena pemendekan kata. Dan kata ini yang benar adalah
tidak.
2.
Dipapag
“Lakune Kapten Polisi
Muhajir dipapag dening Sersan Mayor Polisi Afin.”
Analisis
: Kata ini berkata dasar jemput tetapi dalam logat orang jawa adalah papag.
Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar dan mendapatkan imbuhan prefiks
(di-). Kata yang benar menurut saya adalah dipun papag.
Hal
98
1.
Njupuk
“Sing njupuk aku,
Garuda Putih.”
Analisis
: Kata njupuk berasal dari kata dasar jupuk dan berati mengambil. Kata ini
mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini terjadi karena penyimpangan
kata dasar. Tak ada yang perlu dibenarkan.
2.
Dideleng
“Tulisan tangan sing
mblobor dideleng.”
Analisis
: Kata dideleng berasal dari kata deleng yang berarti melihat. Kata ini
mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata yang benar adalah dipun deleng.
Hal
99
1.
Sumlempet
“Logone Hotel Argadalu
Tretes sing sumlempet ing singlete mayite Abisuna!”
Analisis
: Kata sumlempet berarti terjepit dan berkata dasar kecepit. Kata ini terjadi
karena penyimpangan kata dasar. Tak ada yang dibenarkan.
2.
Kon
“Ya sing dhek mau dak
kon nulis neng omahe Pak Rasyid!”
Analisis
: Kata kon tersebut terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar dalam
bahasa jawa adalah kongkon dan diartikan disuruh. Kata tersebut dapat berubah
menjadi dikongkon apabila kalimatnya itu menyuruh.
Hal
100
1.
Ancur
“Kertase memet meprel
gampang ancur.”
Analisis
: Kata ancur terjadi karena pemendekan dan kata yang benar adalah hancur.
2.
Ngisin-ngisinake
“Garuda Putih arep
ngisin-ngisinake awake dhewe iki.”
Analisis
: Kata ini terajdi karena perulangan kata yang berkata dasar isin. Dan kata ini
mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-) tetapi tidak cocok apabila di akhiri
dengan kata ake harusnya sufiks (i). Kata yang benar adalah ngisin-ngisini.
Hal
101
1.
Dikon
“Serma Afin dikon
nggawa kertas sing ditulisi dening Guritna menyang Surabaya.”
Analisis
: Kata dikon terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah
dikongkon dan kata ini berarti disuruh. Selain itu, kata ini juga mendapatkan
imbuhan prefiks (di-).
2.
Gonal-ganel
“Guritna sing arep
kawin karo prawaan gonal-ganel mau!”
Analisis
: Kata gonal-ganel terjadi karena perulangan kata dasar yang berkata dasar
gonel. Kata ini berulang kata karena menekankan bahwa cewek itu gampangan.
3.
Diolehi
“Wong-wong ing hotel
wis diolehi metu golek mangan awan.”
Analisis
: Kata diolahi berkata dasar oleh yang mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan
sufiks (i). Dan dapat diartikan diperbolehkan. Kata ini terjadi karena
penyimpangan kata dasar. Tak ada pembenaran.
Hal
102
1.
Ngadeg-ngadegan
“Emi sing lagi
sapatemon ngadeg-ngadegan wae.”
Analisis
: Kata ini terjadi karena perulangan kata yang berkata dasar adeg. Dan kata
tersebut mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-) dan sufiks (-an). Kata yang
benar adalah ngadeg-adeg.
2.
Dijak
“Dheweke dijak nginep
neng hotel kono dening Abisuna.”
Analisis
: Kata dijak berkata dasar ajak dan terjadi pemendekan kata. Kata yang benar
dari kata dijak adalah diajak.
Hal
103
1.
Cenunak-cenunuk
“Ora cenunak-cenunuk,
ora ndadak takon-takon wong liya.”
Analisis
: Kata cenunak-cenunuk berkata dasar cenunuk. Kata tersebut terjadi karena
perulangan kata yang menggunakan perubahan vokal. Kata yang benar dan tanpa
perulangan adalah cenunukan.
2.
Sah
“Ora sah nari aku. Wis
kulina.”
Analisis
: Kata sah terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah usah.
Hal
104
1.
Diwaduli
“Bagus Pramutih
kelingan tenan diwaduli Abisuna bab kartu nama anyar.”
Analisis
: Kata diwaduli berkata dasar wadul dan mengandung arti diomongkan. Kata
tersebut terjadi karena penyimpangan kata dasar dan mendapatkan imbuhan prefiks
(di-) dan sufiks (i). Kata yang benar adalah dipun waduli.
2.
Mudha-mudhi
“Mudha-mudhi sing
nemokake mayit.”
Analisis
: Kata di atas terjadi karena perulangan kata yang menggunakan cara perubahan vokal.
Dan kata ini berkata dasar mudha dan dapat diartikan pemuda. Tak ada yang perlu
dibenarkan.
Hal
105
1.
Lirak-lirik
“tansah lirak-lirik
nyawangi warung.”
Analisis
: Kata dasarnya adalah lirik yang berarti melirik. Kata ini terjadi karena
perulangan kata yang menggunakan cara perubahan vokal. Kata yang benar dapat
diberi imbuhan prefiks nasal yaitu menjadi nglirak-nglirik.
2.
Amping-amping
“Anak buahe Kapten
Muhajir amping-amping wit pelem plataran warung.”
Analisis
: Kata amping-amping terjadi karena perulangan kata dan berkata dasar amping.
Kata ini berati mengintai. Tak ada yang perlu dibenarkan.
3.
Mawinga-winga
“Sampeyan ta, sing
disebut Detektip Handaka sing kondhang mawinga-winga kuwi?”
Analisis
: Kata mawinga-winga terjadi karena perulang kata dan berkata dasar winga. Kata
ini berarti banget. Kata tersebut tak perlu dibenarkan.
Hal
106
1.
Mekar bawera
“Dadi, bisnisku
percetakan ya cukup mekar bawera.”
Analisis
: Kata mekar bawera terjadi karena penyimpangan kata majemuk. Kata tersebut
berarti terkenal utawa gedhe. Kata ini tak ada pembenaran karen kata ini
seperti kata kiasan.
Hal
107
1.
Ngemu
“Ngemu teges nggodha
njajagi pribadine wong lanang kuwi.”
Analisis
: Kata ini berkata dasar nemu dan mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata
ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini berarti menemukan. Kata
ini menurut saya sudah benar.
Hal
109
1.
Ndang-ndang
“karepe ndang-ndang wae
arep adus dhisik.”
Analisis
: Kata ini terjadi karena perulangan kata. kata ini yang benar dan tanpa
perulangan adalah ndang.
2.
Marga
“Iki mau Dhik Emi jinja
ngaso neng kamare marga barang-brange Abisuna isih ana ing kamare.”
Analisis
: Kata marga terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah amarga.
3.
Minep
“Terus nudingi lawang
kamar sepuluh sing minep.”
Analisis
: Kata ini berkata dasar inep dan kata minep tersebut karena terjadi
penyimpangan kata dasar. Kata yang benar menurut saya adalah nginep.
Hal
115
1.
Antuk
“Detektip Handaka
bareng wis antuk pikukuh pakonan saka polisi.”
Analisis
: Kata antuk tersebut terjadi karena pemendekan kata dan kata yang benar adalah
pikantuk.
Hal
116
1.
Teng
“O, sinten mawon sing
saweg jagi teng kantor mriki.”
Analisis
: Kata teng terjadi karena pemendekan kata. Dan kata ini yang benar adalah
dhateng.
PENGGOLONGAN
KATEGORI
|
No.
|
Penyimpangan
Kata Dasar
|
Pemendekan
Kata
|
Penggunaan
Kata Ulang
|
Pemanfaatan
Kata Majemuk
|
|
1.
|
Njampangi
|
Toblas
|
Ngurus-urus
|
Mekar
bawera
|
|
2.
|
Sesindheman
|
Dospundi
|
Disengguh-sengguh
|
-
|
|
3.
|
Racak
|
Kon
|
Angger-anggere
|
-
|
|
4.
|
Dipaeka
|
Ancur
|
Bandha-bandhu
|
-
|
|
5.
|
Nyimpekake
|
Dikon
|
Cepak-cepake
|
-
|
|
6.
|
Dipaelu
|
Dijak
|
Emah-emah
|
-
|
|
7.
|
Dipameri
|
Sah
|
Plenggang-plenggong
|
-
|
|
8.
|
Penning
|
Marga
|
Ngisin-ngisinke
|
-
|
|
9.
|
Nawakaken
|
Antuk
|
Gonal-ganel
|
-
|
|
10.
|
Diengge
|
Teng
|
Ngadeg-ngadegan
|
-
|
|
11.
|
Nliti
|
Enten
lan ukum
|
Cenunak-cenunuk
|
-
|
|
12.
|
Didukani
|
-
|
Mudha-mudhi
|
-
|
|
13.
|
Ngringkus
|
-
|
Lirak-lirik
|
-
|
|
14.
|
Ditutake
|
-
|
Amping-amping
|
-
|
|
15.
|
Ngrangkul
|
-
|
Mawinga-winga
|
-
|
|
16.
|
Dipapag
|
-
|
Ndang-ndang
|
-
|
|
17.
|
Njupuk
|
-
|
-
|
-
|
|
18.
|
Dideleng
|
-
|
-
|
-
|
|
19.
|
Sumlempet
|
-
|
-
|
-
|
|
20.
|
Diolehi
|
-
|
-
|
-
|
|
21.
|
Diwaduli
|
-
|
-
|
-
|
|
22.
|
Ngemu
|
-
|
-
|
-
|
|
23.
|
Minep
|
-
|
-
|
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar