Jumat, 13 Desember 2013

Analisis Novel Garuda Puih dengan Sistem Morfologi


Hal 89 
  1.        Njampangi
"Polisi Afin rada gumun dene komandhane njampangi laku."
Analisis : Kata njampangi berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengintai. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut untuk menggambarkan seperti detektif yang akan menangkap tersangka. Kata tersebut sudah benar dan tak perlu dibenarkan.
2.      Sesindheman
"Pak Rasyid kang lagi diawat-awati kanthi sesindheman."
Analisis : Sesindheman berasal dari bahasa Jawa yang berarti temenanan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut  menggambarkan seorang polisi yang ingin menangkap dengan sigap. Kata tersebut dapat di ganti temenanan apabila novel “Garuda Putih” dalam bahasa jawa orang Jawa Tengah.
3.      Racak
“Untune kang putih katon racak cetha.”
Analisis : Racak itu berasal dari Jawa Timuran yang berarti kemilau. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata yang benar adalah cemplorot apabila di dalam bahasa Jawa Tengahan.
Hal 90
1.      Ngurus-urus
“Lan sing esuk kuwi polisi ngurus-urus anane rajapati ing tretes kono.”
Analisis : Ngurus-urus adalah bentuk pengulangan kata yang berarti mengurus yang dari kata dasar urus. Perulangan ini pada dasarnya mendapatkan penambahan prefiks nasal (N-). Menurut saya, kata di atas tidak usah di ulang dan yang benar adalah ngurusi.


2.      Disengguh-sengguh
“Dadi Guritna sing katon kuwi ya disengguh-sengguh kadidene durjana utama kuwi.”
Analisis : Disengguh-sengguh berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti dituduh. Perulangan kata ini pada dasarnya mendapatkan penambahan prefiks di-. Kata yang benar adalah dipunsengguh tak usah di ulang.
3.      Angger-anggere
“Nanging, marga jenenge ya durjana, solah tingkah sing nerak angger-anggere negara.”
Analisis : Angger-anggere memiliki arti peraturan. Perulangan ini menyatakan kepada orang untuk tidak melanggar peraturan negara. Kata yang benar adalah anggeripun.
4.      Bandha-bandhu
“Ora mung bab bandha-bandhu.”
Analisis : Kata bandha-bandhu itu menjelaskan tentang benda. Perubahan pada kata tersebut karena ada perubahan vokal. Kata yang benar tanpa perulangan adalah bandha.
5.      Dipaeka
“Wong wedok sing dipaeka.”
Analisis : Dipaeka adalah kata yang berarti dijaili. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata dipaeka mendapatkan imbuhan prefiks di-. Kata yang benar adalah dipunpaeka.
6.      Nyimpekake
“Dene Garuda Putih pancen pinter nyimpekake polisi.”
Analisis : Nyimpekake adalah kata yang berasal dari bahasa Jawa Timuran tetapi dalam bahasa Jawa Tengah adalah nyepelekake atau meremehkan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata nyimpekake mendapat imbuhan prefiks nasal (N-) dan sufiks (-ake). Kata tersebut sudah benar.
Hal 91
1.      Dipaelu
“Layang serbet kertas sing sajak ditulis kesusu, kertas saanane, meh ora dipaelu dening polisi.”
Analisis : Dipaelu berasal dari bahasa orang Jawa Timur tetapi dalam bahasa orang Jawa Tengah adalah diwenehake atau diberikan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata Dipaelu mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata yang benar adalah dipunpaelu.
2.      Cepak-cepake
“Sawise rampung tenan cepak-cepake.”
Analisis : Cepak-cepake dapat diartikan menyiapkan. Kata ini berasal dari kata dasar cepak dan kata tersebut diulang karena menyampaikan kata kerja. Dan kata ini terjadi karena penggunaan kata ulang.
3.      Dipameri
“Ing kana arep dipameri kajuligane anggone ada-ada tumindak kadurjanan Rajapati.”
Analisis : Kata dipameri memiliki arti pamer. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan sufiks (i-). Kata yang benar adalah dipunpameri.
Hal 92
1.      Emah-emah
“Kula lajeng tunangan kaliyan Dhik Warni, malah badhe emah-emah wulan ngajeng, yen mboten wonten aral . . . .!”
Analisis : Kata emah-emah adalah bahsa orang jawa timur tetapi orang jawa tengah sering mengucapkan dengan kata omah-omah. Kata dasar dari kata tersebut adalah omah tetapi berubah vokal. Kata yang benar tanpa perulangan adalah omah.
2.      Penning
“Saniki malah kangge damel panning napa stiker niku barang.”
Analisis : Kata penning itu sering digunakan oleh orang Jawa Timur tetapi diartikan bahwa kate penning adalah seperti banner yang untuk iklan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut berubah vokal. Kata yang benar dalam bahasa Indonesia adalah spanduk.
Hal 93
1.      Nawekaken
“Kula nawekaken mesin ingkang langkung enggal.”
Analisis : Kata nawekaken memiliki kata dasar tawa dan diartikan menawarkan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini mendapat imbuhan prefiks nasal (N-). Kata yang benar adalah nawakake.

Hal 94
1.      Diengge
“La, mongsok kertas kula sing diengge kintun serat lan diblesekake teng dhadhane Abisuna?”
Analisis : Kata diengge berasal dari kata dasar kangge yang mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata tersebut memiliki arti dipakai dan terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata yang benar adalah dipunengge.
2.      Toblas
“Toblas!” Kapten Muhajir eram lan kelegan atine.
Analisis : Kata toblas terjadi karena adanya pemendekan kata. Dan toblas itu berarti ora toto blas. Kata tersebut bila dibenarkan adalah ora duwe sopan blas.
Hal 95
1.      Nliti
“Genahe sampeyan ajeng nliti napa tiyang-tiyang sing diundang Garuda Putih pun nglempak dereng.”
Analisis : Kata nliti berasal dari kata dasar teliti dan terjadi perubahan karena mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata nliti apabila dibenarkan adalah dipunteliti.
2.      Plenggang-plenggong
“Guritna rada plenggang-plenggong.”
Analisis : Kata plenggang-plenggong berasal dari kata dasar lenggong. Kata tersebut memiliki arti melamun. Kata tersebut terjadi karena ada perubahan vokal. Kata tersebut tidak ada pembenaran.
3.      Dospundi
“Lo! Dospundi ta, niki?!”
Analisis : Kata dospundi terjadi karena pemendekan kata yang apabila dipbenarkan dadi kados pundi.
4.      Didukani
“Kula niki enten napa, kok terus didukani lan diterka kados ngoten?!”
Analisis : Kata didukani berkata dasar duka yang mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan sufiks (i-). Kata ini berarti dimarahi. Ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut sudah benar.
5.      Ngringkus
“Mesthi wae Letnan Maduwan uga bakal urun tenaga kadidene polisi, siyaga ngringkus durjana!”
Analisis : Kata didukani berkata dasar ringkus yang mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini berati menangkap. Ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata tersebut sudah benar.
Hal 96
1.      Tindak-tanduk
“Sampeyan mesthi ngertos, tindak-tanduk sampeyan diawasi dening polisi.”
Analisis : Kata tindak-tanduk tersebut memiliki arti perilaku. Kata tersebut terjadi karena ada perubahan vokal. Kata yang benar dan tak perlu ada perulangan adalah tumindak.
2.      Enten lan ukum
“Yen enten bukti-bukti kula alaku sèdhèng utawi nerak ukum.”
Analisis : Kata enten lan ukum  terjadi karena pemendekan kata. Apabila tidak terjadi pemendekan kata yaitu kata yang benar adalah wonten dan hukum.
3.      Ditutake
“Kapten Muhajir jumangkah amba, ditutake dening Letnan Polisi Maduwan.”
Analisis : Kata ditutake berkata dasar ikut dalam bahasa indonesia. Kata ini mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini berarti diikuti. Kata tersebut tak perlu ada pembenaran.
4.      Njenengan
“Ning, apa sing mateni wong neng hotele Lik Suhud Njenengan?”
Analisis : Kata njenengan terjadi karena pemendekan kata dan mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Apabila kata yang benar adalah panjenengan.
5.      Ngrangkul
“Lan kepengin mulyakake sliramu,” ujare Guritna karo ngrangkul bangkekane Rara Suwarni.
Analisis : Kata ngrangkul berkata dasar rangkul dan memiliki arti merangkul. Kata ini terjadi karena penyimpangan kataa dasar yang mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata tersebut tak perlu ada pembenaran.

Hal 97
1.      Rak
“Nanging, kowe rak ya ora kuciwa ta.”
Analisis : Kata rak terjadi karena pemendekan kata. Dan kata ini yang benar adalah tidak.
2.      Dipapag
“Lakune Kapten Polisi Muhajir dipapag dening Sersan Mayor Polisi Afin.”
Analisis : Kata ini berkata dasar jemput tetapi dalam logat orang jawa adalah papag. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar dan mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata yang benar menurut saya adalah dipun papag.
Hal 98
1.      Njupuk
“Sing njupuk aku, Garuda Putih.”
Analisis : Kata njupuk berasal dari kata dasar jupuk dan berati mengambil. Kata ini mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Tak ada yang perlu dibenarkan.
2.      Dideleng
“Tulisan tangan sing mblobor dideleng.”
Analisis : Kata dideleng berasal dari kata deleng yang berarti melihat. Kata ini mendapatkan imbuhan prefiks (di-). Kata yang benar adalah dipun deleng.
Hal 99
1.      Sumlempet
“Logone Hotel Argadalu Tretes sing sumlempet ing singlete mayite Abisuna!”
Analisis : Kata sumlempet berarti terjepit dan berkata dasar kecepit. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Tak ada yang dibenarkan.
2.      Kon
“Ya sing dhek mau dak kon nulis neng omahe Pak Rasyid!”
Analisis : Kata kon tersebut terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar dalam bahasa jawa adalah kongkon dan diartikan disuruh. Kata tersebut dapat berubah menjadi dikongkon apabila kalimatnya itu menyuruh.
Hal 100
1.      Ancur
“Kertase memet meprel gampang ancur.”
Analisis : Kata ancur terjadi karena pemendekan dan kata yang benar adalah hancur.
2.      Ngisin-ngisinake
“Garuda Putih arep ngisin-ngisinake awake dhewe iki.”
Analisis : Kata ini terajdi karena perulangan kata yang berkata dasar isin. Dan kata ini mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-) tetapi tidak cocok apabila di akhiri dengan kata ake harusnya sufiks (i). Kata yang benar adalah ngisin-ngisini.
Hal 101
1.      Dikon
“Serma Afin dikon nggawa kertas sing ditulisi dening Guritna menyang Surabaya.”
Analisis : Kata dikon terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah dikongkon dan kata ini berarti disuruh. Selain itu, kata ini juga mendapatkan imbuhan prefiks (di-).
2.      Gonal-ganel
“Guritna sing arep kawin karo prawaan gonal-ganel mau!”
Analisis : Kata gonal-ganel terjadi karena perulangan kata dasar yang berkata dasar gonel. Kata ini berulang kata karena menekankan bahwa cewek itu gampangan.
3.      Diolehi
“Wong-wong ing hotel wis diolehi metu golek mangan awan.”
Analisis : Kata diolahi berkata dasar oleh yang mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan sufiks (i). Dan dapat diartikan diperbolehkan. Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Tak ada pembenaran.
Hal 102
1.      Ngadeg-ngadegan
“Emi sing lagi sapatemon ngadeg-ngadegan wae.”
Analisis : Kata ini terjadi karena perulangan kata yang berkata dasar adeg. Dan kata tersebut mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-) dan sufiks (-an). Kata yang benar adalah ngadeg-adeg.
2.      Dijak
“Dheweke dijak nginep neng hotel kono dening Abisuna.”
Analisis : Kata dijak berkata dasar ajak dan terjadi pemendekan kata. Kata yang benar dari kata dijak adalah diajak.
Hal 103
1.      Cenunak-cenunuk
“Ora cenunak-cenunuk, ora ndadak takon-takon wong liya.”
Analisis : Kata cenunak-cenunuk berkata dasar cenunuk. Kata tersebut terjadi karena perulangan kata yang menggunakan perubahan vokal. Kata yang benar dan tanpa perulangan adalah cenunukan.
2.      Sah
“Ora sah nari aku. Wis kulina.”
Analisis : Kata sah terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah  usah.
Hal 104
1.      Diwaduli
“Bagus Pramutih kelingan tenan diwaduli Abisuna bab kartu nama anyar.”
Analisis : Kata diwaduli berkata dasar wadul dan mengandung arti diomongkan. Kata tersebut terjadi karena penyimpangan kata dasar dan mendapatkan imbuhan prefiks (di-) dan sufiks (i). Kata yang benar adalah dipun waduli.
2.      Mudha-mudhi
“Mudha-mudhi sing nemokake mayit.”
Analisis : Kata di atas terjadi karena perulangan kata yang menggunakan cara perubahan vokal. Dan kata ini berkata dasar mudha dan dapat diartikan pemuda. Tak ada yang perlu dibenarkan.
Hal 105
1.      Lirak-lirik
“tansah lirak-lirik nyawangi warung.”
Analisis : Kata dasarnya adalah lirik yang berarti melirik. Kata ini terjadi karena perulangan kata yang menggunakan cara perubahan vokal. Kata yang benar dapat diberi imbuhan prefiks nasal yaitu menjadi nglirak-nglirik.
2.      Amping-amping
“Anak buahe Kapten Muhajir amping-amping wit pelem plataran warung.”
Analisis : Kata amping-amping terjadi karena perulangan kata dan berkata dasar amping. Kata ini berati mengintai. Tak ada yang perlu dibenarkan.
3.      Mawinga-winga
“Sampeyan ta, sing disebut Detektip Handaka sing kondhang mawinga-winga kuwi?”
Analisis : Kata mawinga-winga terjadi karena perulang kata dan berkata dasar winga. Kata ini berarti banget. Kata tersebut tak perlu dibenarkan.
Hal 106
1.      Mekar bawera
“Dadi, bisnisku percetakan ya cukup mekar bawera.”
Analisis : Kata mekar bawera terjadi karena penyimpangan kata majemuk. Kata tersebut berarti terkenal utawa gedhe. Kata ini tak ada pembenaran karen kata ini seperti kata kiasan.
Hal 107
1.      Ngemu
“Ngemu teges nggodha njajagi pribadine wong lanang kuwi.”
Analisis : Kata ini berkata dasar nemu dan mendapatkan imbuhan prefiks nasal (N-). Kata ini terjadi karena penyimpangan kata dasar. Kata ini berarti menemukan. Kata ini menurut saya sudah benar.
Hal 109
1.      Ndang-ndang
“karepe ndang-ndang wae arep adus dhisik.”
Analisis : Kata ini terjadi karena perulangan kata. kata ini yang benar dan tanpa perulangan adalah ndang.
2.      Marga
“Iki mau Dhik Emi jinja ngaso neng kamare marga barang-brange Abisuna isih ana ing kamare.”
Analisis : Kata marga terjadi karena pemendekan kata. Dan kata yang benar adalah amarga.
3.      Minep
“Terus nudingi lawang kamar sepuluh sing minep.”
Analisis : Kata ini berkata dasar inep dan kata minep tersebut karena terjadi penyimpangan kata dasar. Kata yang benar menurut saya adalah nginep.
Hal 115
1.      Antuk
“Detektip Handaka bareng wis antuk pikukuh pakonan saka polisi.”
Analisis : Kata antuk tersebut terjadi karena pemendekan kata dan kata yang benar adalah pikantuk.
Hal 116
1.      Teng
“O, sinten mawon sing saweg jagi teng kantor mriki.”
Analisis : Kata teng terjadi karena pemendekan kata. Dan kata ini yang benar adalah dhateng.
PENGGOLONGAN KATEGORI
No.
Penyimpangan Kata Dasar
Pemendekan Kata
Penggunaan Kata Ulang
Pemanfaatan Kata Majemuk
1.       
Njampangi
Toblas
Ngurus-urus
Mekar bawera
2.       
Sesindheman
Dospundi
Disengguh-sengguh
-
3.       
Racak
Kon
Angger-anggere
-
4.       
Dipaeka
Ancur
Bandha-bandhu
-
5.       
Nyimpekake
Dikon
Cepak-cepake
-
6.       
Dipaelu
Dijak
Emah-emah
-
7.       
Dipameri
Sah
Plenggang-plenggong
-
8.       
Penning
Marga
Ngisin-ngisinke
-
9.       
Nawakaken
Antuk
Gonal-ganel
-
10.   
Diengge
Teng
Ngadeg-ngadegan
-
11.   
Nliti
Enten lan ukum
Cenunak-cenunuk
-
12.   
Didukani
-
Mudha-mudhi
-
13.   
Ngringkus
-
Lirak-lirik
-
14.   
Ditutake
-
Amping-amping
-
15.   
Ngrangkul
-
Mawinga-winga
-
16.   
Dipapag
-
Ndang-ndang
-
17.   
Njupuk
-
-
-
18.   
Dideleng
-
-
-
19.   
Sumlempet
-
-
-
20.   
Diolehi
-
-
-
21.   
Diwaduli
-
-
-
22.   
Ngemu
-
-
-
23.   
Minep
-
-
-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar