Jumat, 13 Desember 2013

Analisis Novel Garuda Putih Dengan Sistem Morfologi (Part II)


DALAM NOVEL GARUDA PUTIH
KARYA : SUPARTO BRATA

1.      PENYIMPANGAN BENTUK DASAR
Penyimpangan bentuk dasar yaitu perubahan dari kosa kata asalnya dan perubahannya jarang bahkan tidak pernah digunakan di novel-novel yang lain. Dalam novel geguritan ini banyak kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan dan dalam mendapatkan imbuhan hasilnya dianggap kurang tepat karena jarang didapati dalam sebuah bacaan, baik novel, geguritan, atau bentuk karya sastra yang lain. Dari novel Garuda Putih karangan Suparto Brata juga terdapat penyimpangan bentuk dasar, misalnya :
Hal. 9 : - Maca koran neng kursi ngarep kamar karo ngombe wedhang kang mentas diladekake dening jongos kuwi.
Kata yang tertulis miring diatas dianggap menyimpangan dari bentuk dasarnya, kata diladekake mempunyai kata dasar laden. Biasanya kata laden hanya mendapat imbuhan menjadi ladeni atau diladeni, jika kata diladekake jarang digunakan kata diladekake bisa saja diganti dengan kata disuguhake.
Hal. 10 :  - Cekake, tiyang nyipeng teng hotel mriki niki, jenise pun kula semerepi kebeh.
Pada halaman kedua juga terdapat penyimpangan bentuk dasar yaitu kata semerepi yang berasal dari kata dasar semerap yang berarti melihat. Kata semerepi sangat jarang digunakan yang sering digunakan adalah kata sumerapi.
Hal. 11 : - Asal pegawean kula dados pelayan hotel saged ngramenaken dhayoh lan manager kula,
Kata ngramenaken diatas juga merupakan penyimpangan bentuk dasar karena kata ngramenaken lebih sering menggunakan kata ngremenaken.
    - kados saniki niku, jare teng dhaerah mriki enten durjana sing adate mawi nami sandi Garuda Putih.
            Kata yang mengalami penyimpangan bentuk dasar juga terdapat pada kata enten, kata enten mengalami penyimpangan bentuk dasar, dari kata dasarnya wonten menjadi enten.
Hal. 12 : -sawise kandha ngono, jongos mau banjur arep nutugtake laku menyang kantoran.
Pada halaman 12 terdapat kata nutugtake, bentuk kata dasarnya adalah nutut yang dalam bahasa indonesia artinya ikut. Kata ini seharusnya dituliskan nututake.
     -Emi maspadakake kahanan dhayoh-dhayoh hotel satleraman sakupenge.
Satleraman menjadi penyimpangan selanjutnya, kata ini jarang sekali digunakan.
Hal. 13 : -mlaku menyang teras, mripate clilengan, nyawang petamanan hotel lan njaban pekarangan.
Kata yang menyimpang dari bentuk dasar pada halaman 13 ada kata petamanan yang jarang digunakan, seharusnya kata petamanan bisa diganti dengan sesawangan.
Hal. 15 : -Tiyang seking Yogya nika asmane ... Bagus... ah,
Kata seking merupakan bentuk penyimpangam dari kata dasarnya, yang sebenarnya harus menggunakan kata saking tetapi karena novel Garuda Putih ini berlatarkan Jawa Timur kemungkinan besar kata seking merupakan kata logat Jawa Timuran.
   -Pantes yen di enggo memba-memba, ganti jeneng sing sajak isih gegresekan wandane.
Gegresekan termasuk kata yang menyimpang karena kata dasarnya belum jelas dan jika digunkan dalam konteks kalimat diatas kurang dapat dipahami oleh pembaca yang bukan dari daerah Jawa Timuran.
-Ah, Garuda Putih melih, njenengan niku!
Penyimpangan bentuk dasar berikutnya adalah kata melih, kata melih lebih sering diganti dengan menggunakan kata malih, untuk kata melih juga merupakan logat Jawa Timuran.

          -Urung bantal didhudhahi, diganti sing setlikan.
Pada halaman 15 juga ada kata setlikan yang termasuk kata yang belum jelas diketahui apa kata dasarnya. Kata tersebut juga jarang digunakan.
          -Disaruwe mengkono, Bagus Pramutih mandheg, tumoleh ndeleng kranjang pawuhan sing kebeneran ana ing cedhake,
Kata disaruwe sangat jarang digunakan dalam cerita, yang sering digunakan adalah diaruh-aruhi.
Hal. 18 :   - Ning tunggile pancen kathah teng dhaerah mriki.
Pada halaman 18 terdapat kata tunggile yang merupakan kata yang menyimpang dari bentuk dasarnya. Kata tunggile mempunyai kata dasar tunggal dan biasanya digunakan kata tunggale.
Hal. 25 : - Nanging, yen nganti kesuwen kejiret gulune gumantung neng jurang, mesthine ketekaken.
Ketekaken menjadi kata yang menyimpang dari bentuk dasarnya karena kata dasarnya ketekek, dan mestinya kata tersebut menggunakan kata ketekek saja.
Hal. 26 : - panjelihe karo ndegeg.
Dilihat dari katanya, panjelihe merupakan kata yang jarang digunakan.
Hal. 31 : - dereng kasumurupan polisi.
Pada halaman 31 terdapat kata kasumurupan yang mempunyai kata dasar sumerap dan seharusnya kata kasumurupan bisa diganti dengan kata kasumerapan.
Hal. 37 : - Kapten Muhajir nepungake polisi-polisi klambi preman.
Kata nepungake seharusnya bisa diganti dengan kata nepangake karena bentuk kata dasarnya adalah tepang.
Hal. 42 : - Rara Suwarni mringisake untukne sedhela.
Pada halaman 42 terdapat kata untukne, dilihat dari kata dasarnya untu, kata untukne merupakan bentuk kata yang menyimpang dari bentukdasarnya. Kata untukne bisa di ganti dengan kata untune.
2.      PEMENDEKAN KATA
Pemendekan kata pada novel Garuda Putih ada beberapa. Pemendekan kata pada novel ini bisa disebabkan karena latar belakang pengarang yang berasal dari Jawa Timur dan menggunakan kata-kata bahasa Jawa Timuran yang akhirnya mengakibatkan pemendekan kata. Seperti dibawah ini :
Hal. 7 : - kisinan seru marga sadurunge tekan lawang, Si Jongos nginguk manjero maneh karo nggentak “baahdala!!” mau. Isin marga Emi pancen ora menganggo apa-apa!
            Kata yang ditulis miring diatas mengalami pemendekan arti dari kata asalnya adalah amarga.
Hal. 8 : Kok ya, suwe timen anggone nyang jedhing.
            Kata menyang juga mengalami pemendekan kata dari kata asalnya yaitu kata menyang berubah menjadi nyang, mungkin dikarenakan karena logat atau dialek.
Hal. 11 : - Rak empun, enggih ta, Den?
Pemendekan kata selanjutnya adalah kata sampun yang mengalami pemendekan kata menjadi empun.
Hal. 12 : -sajak dudu wong sing kulina lungan lan nginep ing hotel.
            Kata lungan menjadi kata yang mengalami pemendekan kata, dengan kata asalnya yaitu lelungan.


Hal. 13 : -klebu penere kamar-kamar sing di tawakake dhewe mau, diawasi.
            Kata klebu juga telah mengalami pemendekan kata dari kalebu menjadi klebu, mungkin sudah menjadi logat atau dialek.
Hal. 16 : - malah sing akeh tetuku klebune wong-wong saka liya kutha marga racake hotel dhaerah kono ora nyedhiyani mangan, mung teh wayah esuk lan sore.
            Kata klebune juga telah mengalami pemendekan kata dari kalebune menjadi klebune, yang mungkin sudah menjadi logat atau dialek.
Hal. 16 : - Hotel klas melati.
            Pada halaman 16 juga terdapat kata yang mengalami pemendekan yaitu kata klas, yang seharusnya menggunakan kata kelas.
Hal. 18 : - betane rak nggih mung niku ta?
            Pemendekan kata selanjutnya adalah kata betane, yang seharusnya menggunakan kata bektane.
Hal. 27 : - “Manik! Kosik, entenana.!
            Pada halaman 27 juga terdapat pemendekan kata, kata mengko dhisik dipendekan menjadi kosik.
Hal. 33 : - Nggih, empun. Kleresan.
            Kleresan juga merupakan kata yang telah mengalami pemendekan kata yang seharusnya ditulis kaleresan.
Hal. 44 : - kamar nomer sewelas ... Heh, nyang endi wong kuwi mau?
            Seperti pada halaman 8, pada halaman 44 juga terdapat pemendekan kata nyang yang seharusnya ditulis menyang, dan ada lagi kata endi yang seharusnya ditulis ngendi.



3.      PENGGUNAAN BENTUK ULANG
Pada novel Garuda Putih banyak sekali penggunaan bentuk ulang, seperti dibawah ini :
Hal. 11 : - Upama kowe kepethuk thuk gapyuk karo durjana mau, lan kowe ngerti wong kuwi digoleki polisi, apa kowe ya meneng wae?
            Pada halaman 11 terdapat kata bentuk ulang yaitu thuk gupyuk yang berfungsi untuk menjelaskan.
Hal. 12 : - lakune megal-megol kaya macan luwe.
Kata megal-megol digunakan dalam menggambarkan cara berjalan seorang perempuan yang fungsinya melebih-lebihkan.
Hal. 14 : -Maridi ngomog karo mripate plirak-plirik mrana-mrene kaya mripate wong njoget bali.
            Penggunaan kata ulang yang lain adalah plirak-plirik dan mrana-mrene yang mempunyai fungsi menyatakan sifat.
Hal. 16 : - Clilang-clileng uga nginguk kranjang pawuhan, goleki bungkus rokok Gudang Garam sing jare di buwang.
            Pada halaman 16 juga terdapat kata clilang-clileng yang merupakan kata ulang yang  menyatakan prilaku.
Hal. 19 : - kok bolak-balik kok inguki?
            Bolak-balik menjadi kata ulang yang terdapat pada halaman 19, kata ulang ini untuk menyatakan sifat.
Hal. 24 : - Nanging, lakune panggah, sleyat-sleyot karo ndemeki kembang-kembang sing pada pating threngul neng pakebonan.
            Penggunaan kata ulang juga terdapat pada kata sleyat-sleyot yang berfungsi untuk menjelaskan tingkah laku seseorang.


Hal. 30 : - ora plengah-plengeh sajak ngece wong-wong hotel sing ngongkon.
            Kata ulang selanjutnya adalah kata plengah-plengeh yang juga menjelaskan tingkah laku seseorang.
Hal. 31 : - polisi mau oleh tugas kudu ngawat-awati glibat-glibete wong-wong ing hotel Argadalu wiwit esuk iki.
            Ada lagi kata glibat-glibete, yang merupakan kata ulang yang digunakan dalam novel Garuda putih. Kata glibat-glibete juga menjelaskan tentang tingkah laku seseorang.          
Hal. 34 : - ning wingi ndalu piyambake omong-omong grenang-greneng kalih tiyang jaler teng ngajeng kamar.
            Penggunaan kata ulang juga terdapat pada halaman 34 yang berbunyi grenang-greneng.
Hal. 38-39 : - Sawatara taun iki ora ana tindak kadurjanan kang di tindakake, ora ana kabar-kabure,
            Kabar-kabure menjadi kata ulang lainnya yang digunakan. Kata ini menjelaskan tentang sifat.
Hal. 40 : - ing pamrih supaya aja padha grusa-grusu lan polisi seksi lokal kono aja nggondhok marga tekane Kapten Muhaji, sing terus resmi candhak-kulak nggajuli mimpin nangani prekara Rajapati ing hotel Argadalu kono kuwi.
            Grusa-grusu juga menjadi kata ulang yang mempunyai fungsi untuk menjelaskan sifat.
Hal. 40-41 : -Katitik saka sandhang panganggone sajake wong manca kutha, nanging yen di candra saka polahe sing sajak wis tita tenan karo kahanan ing kono, babar pisan ora nggatekake sesawangan utawa ora ragu pilah-pilih tujuane laku, dheweke kuwi wong sing pomah banget karo papan kono.
            Pada halaman 40 juga terdapat penggunaan kata ulang yang berfungsi menjelaskan perilaku seseorang yaitu kata pilah-pilih.
Hal. 41 : - Dadi, beda karo wong sing akeh sumebar ing laladan kutha pegunungan pariwisata kono sing gampang di bethek alas-usule, bocah wadon iki rada seje.
            Kata asal-usule juga merupakan kata ulang yang menyatakan keterangan yang terdapat pada novel Garuda Putih.
                 -tekan ngarep warung utawa ngarep hotel, panggah tanpa gendhulak-gendhulik, dheweke menggok mlebu menyang pekarangan hotel Argadalu.
            Pada halaman 41 juga terdapat penggunaan kata ulang yang lain pada kalimat yang berbeda yang menyatakan perilaku seseorang.
Hal. 43 : - ujare Kapten Muhajir gelang-geleng.
            Gelang-geleng juga merupakan kata ulang yang lain yang di gunakan dalam novel. Kata gelang-geleng merupakan kata yang berfungsi menjelaskan perilaku seseorang.
Hal. 44 : - Majalah siji sing akeh gambare kuwi diolak-alik wiwit mau esuk, isine ora klebu ngati.
            Pada halaman 44 ada kata diolak-alik yang juga merupakan kata ulang
4.      PEMANFAATAN KATA MAJEMUK
Kata majemuk merupakan gabungan dua kata yang mengakibatkan suatu kata baru. Dalam novel Garuda Putih juga terdapat beberapa kata majemuk yang digunakan. Dibawah ini kata majemuk yang ada pada masing-masing halaman :
Hal. 8 :  - Nanging emoh yen colong jupuk.
            Kata colong jupuk merupakan kata majemuk, colong yang berarti mengambil milik orang lain tanpa meminta ijin dan jupuk pun mempunyai arti yang sama yaitu mengambil. Sebenarnya mempunyai arti yang sama tetapi dengan gabungan kata tersebut mengakibatkan kata baru yang unik.
Hal. 15 : - La, yen Garuda Putih, la kuwi kira-kira bangsane Naga Mas utawa Gagak Lodra ngana kae, bisa dadi titikane wong.
            Kata majemuk yang lainnya adalah kata naga mas dan gagak lodra yang merupakan gabungan kata yang menjadi satu kesatuan kata tersebut.
Hal. 16 : - Clilang-clileng uga nginguk kranjang pawuhan, goleki bungkus rokok Gudang Garam sing jare di buwang.
            Pada halaman 16 terdapat kata Gudang Garam, kata gudang garam merupakan kata majemuk yang jika dipisahkan mempunyai arti tersendiri dan gabungan kata tersebut juga mempunyai arti tersendiri yaitu merk rokok yang di produksi di Indonesia.
Hal. 18 : - Tas gawane diseleh ing kursi, lan wong lanang anyar katon kuwi nyawang kaku-wagu marang Maridi.
            Kaku-wagu juga menjadi kata majemuk, kaku berarti kaku dan wagu mempunyai arti aneh. Tetapi jika digabungkan menjadi satu kata yang menyatakan sebuah perilaku yang aneh.
Hal. 21 : - raine lonjong endhog, poladane sumeh merak ati.
            Pada halaman 21 terdapat kata majemuk dengan kata lonjong endhog, jika diartikan satu persatu kata-kata tersebut mempunyai arti masing-masing, dan tidak bisa disamakan tetapi ketika menjadi satu gabungan kata, kata-kata tersebut saling melengkapi apalagi untuk mengungkapkan bentuk muka yang oval, seperti pada kalimat diatas.
Hal. 33 : - Nanging, ya ora waras wiris kaya mau.
            Waras wiris juga merupakan kata majemuk, yang digunakan untuk menyatakan rasa cemas.
Hal. 35 : - ora ana wangsulan saur manuk, nanging kabeh padha sarujuk lan manthuk.
            Kata saur manuk menjadi kata majemuk dengan kata saur sebagai kata pokok dan kata manuk hanya menjadi kata pelengkap saja, dan ketika di gabungkan menjadi kata yang seolah tidak bisa dipisahkan.



Hal. 38 : - dheweke isih ora mudeng, kena apa hotel Agadalu iki kok di awat-awati kanthi mligi-tliti?
            Pada halaman 38 terdapat kata mligi tliti yang merupakan kata majemuk, dengan dua kata pokok yang di gabungkan menjadi satu dengan fungsi menyatakan ketelitian yang diharuskan.
Hal. 40 : - mula rajapati ing hotel iki ayo diurus sing temenan bebarengan saiyek saeka praya,
            Saiyek saeka praya ini merupakan kata majemuk yang merupakan kata yang berarti sepemahaman dan sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Jawa.
Hal. 40 : - sing terus resmi candhak-kulak nggajuli mimpin nangani prekara Rajapati ing hotel Argadalu kono kuwi.
            Kata majemuk selanjutnya adalah kata candhak kulak yang dalam kalimat diatas menjelaskan tentang tanggung jawab seseorang.
Hal. 41 : - Rar Suwarni ora mreduli dicelathu ngalor-ngidul.
            Pada halaman 41 terdapat kata ngalor-ngidul, gabungan dari dua kata arah yang berbeda tetapi dalam konteks ini bentukan kata majemuk diatas mempunyai arti mondar-mandir.
Hal. 42 : - Kapten Muhajir gage kandha, balik adreng anggone kumpul rapat.
            Balik adreng merupakan kata majemuk yang menyatakan tentang prilaku seseorang.
Hal. 43 : - Serma Arifin ngurmat sigrak.
            Kata majemuk selanjutnya adalah ngurmat sigrak yang menyatakan kesiapan bawahan atau anak buah yang siap sedia dan menghormat kepada pimpinannya.
Hal. 44 : - ujare Kapten Muhajir, tetep nungkak krama.
            Pada kata nungkak krama juga merupakan pemanfaatan kata majemuk pada novel Garuda Putih. Walaupun mempunyai arti yang berbeda tetapi jika di gabungkan mempunyai arti dengan satu tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar