MAKALAH FONOLOGI
SIMBOL FONETIS PADA GEGURITAN
“
Temu Sisihan Sayekti “

Disusun untuk memenuhi
tugas akhir semester I mata kuliah Fonologi
Oleh
NAMA : LUSIANA
NIM : 2611412001
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, karunia, serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas makalah ini
disusun untuk diajukan sebagai tugas akhir semester pertama tahun 2013, mata
kuliah Fonoligi, yang disusun dengan judul “ Simbol Fonetis Pada Geguritan “. Penulis berharap , semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya serta pendidikan tataran
linguistik cabang fonologi pada khususnya.
Ucapan terimakasih tidak lupa
penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Demikian tugas makalah fonologi ini di susun dari berbagai sumber, penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Penulis
harap kritik dan saran dapat tersampaikan untuk kemajuan pembuatan makalah
selanjutnya.
Semarang, 27 Desember 2012
Penulis
Fonologi
berasal dari kata fon yang artinya
bunyi dan logi yang berarti ilmu.
Jadi, fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai satuan
bahasa terkecil yang memiliki fungsi pembeda lazim. Fonologi juga mengkaji
bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Tata bahasa akan dipelajari dengan
lengkap jika fonologi dipelari dengan baik. Secara umum, fonologi memiliki
beberapa prinsip dasar guna mempelajari fonologi bahasa Jawa secara mendalam.
Semua prinsip tersebut saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Fonologi
mengkaji tentang bunyi bahasa. Tetapi hanya bunyi bahasa yang diucapkan oleh
alat ucap manusia saja. Sedangkan bunyi dari sumber yang lain misalnya dari
alat musik tidak dikaji oleh ilmu ini.
Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga melalui tulisan. Bunyi
bahasa yang semula terwujud dalam bentuk bunyi atau suara dalam bahasa tulis,
bunyi-bunyi tersebut akan terwujud dalam bentuk lambang bunyi yang disebut
dengan huruf. Dalam hal itu harus kita sadari bahwa huruf sebagai wakil dari
bunyi atau sebagai lambang bunyi tidak akan mampu mewakili secara lengkap dan
sempurna dalam komunikasi.
Dalam makalah ini, contoh fonetis diambil dari
sebuah geguritan yang berjudul “Temu
sisihan Sayekti”. Penulis mengambil contoh geguritan karena geguritan
merupakan penyampaian karya sastra yang dalam Bahasa Indonesia di sebut dengan
puisi. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan tentang simbol fonetis dalam
geguritan tersebut. Setiap kata harus dibaca dengan pelafalan yang tepat agar
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pembacaannya.
1.
Bagaimana klasifikasi vokal dan klasifikasi konsonan?
2.
Apa yang
dimaksud simbol fonetis?
3.
Bagaimanakah contoh geguritan?
4. Bagaimanakah penerapan simbol fonetis dalam
contoh geguritan
“
Temu Sisihan Sayekti “ ?
1.
Memenuhi tugas
akhir Fonologi.
2.
Mengetahui
tentang klasifikasi vokal dan konsonan.
3.
Mengetahui
tentang Mengetahui tentang simbol fonetis.
4.
Mengetahui penerapan
simbol fonetis dalam contoh geguritan “Temu Sisihan Sayekti“ agar pengucapannya sesuai dengan kaidahnya.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para
pembaca lebih mengerti tentang pengklasifikasian vokal dan konsonan, serta
simbol fonetis dari geguritan “Temu Sisihan Sayekti”
. Selain itu, pembaca dapat menerapkannya dalam teks lain. Tidak hanya dalam
geguritan saja tetapi juga pidato atau dalam teks lain seperti lagu campursari
dan lain-lain.
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan
sehari- hari manusia. Kita sebagai manusia tidak bisa hidup tanpa bahasa.
Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dituturkan melalui banyak media.
Geguritan merupakan karya sastra Jawa dalam bentuk sajak yang bahasanya
dapat berupa kiasan maupun secara langsung. Untuk mengucapkan suatu geguritan
diperlukan adanya teknik untuk memberikan kejelasan serta seni membaca dalam
penuturannya.
Hal ini merupakan salah satu kunci sukses dalam penyampaian suatu
geguritan. Sehingga dalam tekniknya diperlukan adanya suatu teori. Untuk
menjelaskan landasan teori dalam makalah ini berupa tata cara pengklasifikasian
fonem vokal dan vonem konsonan serta penerapan simbol fonetis dalam sebuah
geguritan.Teori ini dilandaskan dari suatu proses fonologis dari fonemisasi
suatu linguistik. Bahwa bunyi berkaitan erat dengan suatu fon, fonemik, fonetik.
Fungsi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yaitu kegunaan suatu hal. Kata fungsi menunjukkan
pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri tetapi justru dalam
hubungan tertentu. Apa yang dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang
lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan.
Dalam penerapannya Geguritan
tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga dapat berperan
dalam penyampaian dalam segi agama, persembahan, atau sebagai wujud ungkapan
syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
a. Kalsifikasi vokal
Daniel Jones, seorang ahli fonetik
dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal
vowels) (Jones, 1958:18: cf. Lapoliwa, 1981: 24). Vokal kardinal adalah
bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan
bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam
suatu rangka gambar bunyi.
Vokal kardinal itu dalam Abjad
Fonetik Internasional diberi lambang [i,
e, ԑ, a, ɑ, ǝ, o, u]. Parameter penentuan vokal kardinal itu ditentukan oleh
keadaan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur,
dan bentuk bibir.
1)
Tinggi rendahnya lidah
a)
Vokal Tinggi : [i,u]
b)
Vokal Madya: [e, ԑ, ǝ, Ɔ]
c)
Vokal rendah: [a, ɑ]
2)
Bagian Lidah yang Bergerak
a)
Vokal Depan, vokal yang dihasilkan oleh peranan lidah
turun naiknya bagian depan: [i,e,ԑ,a]
b)
Vokal Tengah, vokal yang dihasilkan oleh perana
gerakan lidah bagian tengah: [ǝ]
c)
Vokal Belakang, vokal yang dihasilkan oleh
gerakan peranan lidah bagian belakang:
[u, o, Ɔ, ɑ]
3)
Striktur
a)
Vokal Tertutup, lidah diangkat setinggi mungkin
mendekati langit- langit.:[i, u]
b)
Vokal Semi-tertutup, lidah diangkat sepertiga dari
vokal tertutup.: [e, o]
c)
Vokal Semi-terbuka, lidah diangkat dua pertiga vokal
tertutup.: [ԑ, Ɔ]
d)
Vokal Terbuka,
posisi lidah serendah mungkin, menjauhi lagit- langit,: [a, ɑ]
4)
Bentuk Bibir
a)
Bentuk bibir, terbuka bulat. [ǝ]
b)
Bentuk bibir, tertutup bulat. [o, u]
c)
Bentuk bibir, netral, [ɑ]
d)
Bentuk bibir, tak bulat [i, e, ǝ, ԑ, a]
b. Klasifikasi Konsonan
1)
Konsonan Hambat Letup terjadi dengan menghambat penuh
arus udara , kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba strikturnya
rapat kemudian dilepaskan tiba-tiba.
a)
Hambat letup bilabial, artikulator aktifnya adalah
bibir bawah, artikulator pasifnya bibir atas. :[p,b] {pipa, bapak}
b)
Hambat letup apiko-dental, artikulator aktifnya ujung
lidah, artikulator pasifnya gigi atas. :[t.d] {tawa, dawa}
c)
Hambat letup apiko-palatal, artikuloator aktifnya
ujung lidah, artikulator pasifnya langit-langit keras, [ṭ,ḍ] {thukul, dhateng}
d)
Hambat letup medio-palatal, artikulator aktifnya
tengah lidah, artikulator pasifnya
langit-langit keras. [c,j] {cara, jala}
e)
Hambat letup dorso-velar, artikulator aktifnya pangkal
lidah, artikulator pasifnya langit-langit lunak. [k,g] {kula, gula}
2)
Konsonan Nasal adalah konsonan yang dibentuk dengan
menghambat rapatjalan udara dari paru-paru melalui rongga mulut,jadi
strikturnya rapat.
a)
Konsonan nasal bilabial, artikulator aktifnya bibir
bawah, artikulator pasifnya bibir atas. [m] {mateng}
b)
Konsonan nasal apiko-alveolar, artikulator aktifnya
ujung lidah, artikulator pasifnya gusi. [n] {nagka}
c)
Konsonan nasal medio-palatal, artikulator aktifnya
tengah lidah, artikulator pasifnya langit- langit keras. [ῆ] {nyata}
d)
Konsonan nasal dorso-velar, artikulator aktifnya
pangkal lidah, artikulator pasifnya langit- langit lunak. [ɳ] {ngono}
3)
Konsonan Sampingan dibentuk dengan menutup arus udara
di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping saja,
strikturnya renggang lebar dan tempat artikulasinga ujung lidah dengan gusi.
[l] {Lali}
4)
Konsonan Geseran ialah konsonan yang dibentuk dengan
menyempikan jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya
udara terhalang dan keluar dengan bergeser.
a)
Konsonan geseran labio-dental, artikulator aktifnya
bibir bawah, artikulator pasifnya gigi atas. [f.v] {foto}
b)
Konsonan geseran lamino- alveolar, artikulator
aktifnya daun lidah, artikulator pasifnya gusi. [s,z] {sinten, zakat}
c)
Konsonan geseran dorso- velar, artikulator aktifnya
pangkal lidah, artikulator pasifnya langit-langit lunak. [x] {khutbah}
d)
Konsonan geseran laringal, artikulatornya adalah
sepasang pita suara. Udara dari paru-paru melalui glotis digeserkan. [h] {hawa}
5)
Konsonan Getar dibentuk dengan menghambat jalannya
arus udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang- ulang dengan cepat.
Strikturnya rapat renggang.
a)
Konsonan getar apiko- alveolar terjadi jika
artikulator aktifnya menyebabkan proses menggetar yaitu ujung lidah dan
artikulator pasifnya gusi. [r] {rada}
6)
Semi-vokal, dalam pengucapannya dengan renggang
terbentang dan renggang lebar.
a)
Semi-vokal labio dental, artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasifnya bibr atas. [w] {watu}
b) Semi-vokal
medio-palatal, artikulator aktifnya tengah lidah, artikulator pasifnya
langit-langit keras. [y] {yen}
Dalam
fonologi juga dikenal istilah simbol fonetis. Yaitu tulisan atau simbol yang digunakan
untuk mencatat/mentranskripsi bunyi-bunyi bahasa secara detail dalam rangka
penyelidikan bahasa terutama penyelidikan bunyi-bunyi bahasa (oleh fonetik dan
fonemik). Simbol fonetis merupakan simbol-simbol yang
mengalami perbedaan alofonis, akan tetapi tidak menyebabkan perbedaan makna dan
perbedaan alofonis. Di dalam kajian ilmu fonologi terdapat beberapa simbol
fonetis baik itu merupakan huruf vokal maupun konsonan.
Geguritan adalah karya sastra Jawa.
Dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai puisi.
Contoh Geguritan :
Tinemu
Sisihan Sayekti
Taseh kapikir ing manah
Taksih ke simpen ing manah
Terbang shalawat kang di temu
Tinemu ing tengahing dina
Wayaheng srengenge amentheleng
Namung ra dadi bayan
Aning ndadekake sunggingeng esem
Bungah ing ati
Merga wus kisi
Dening sisihan kang sayekti
Jika geguritan tersebut ditulis menggunakan simbol
fonetis, maka penulisannya adalah
sebagai berikut :
” Təmu SisIhan Sayəʔti ”
Taseh kapikir iᶇ manah
Taʔsih kasimpən iᶇ manah
Tərbaᶇ sholawat kaᶇ di temu
Tinəmʊ iᶇ təᶇahiᶇ dina
Wayaheᶇ srəᶇəᶇԑ amənʈələᶇ
Namʊᶇ ra dadi bayan
Aniᶇ ndadeʔakԑ suᶇgiᶇeᶇ
esem
Buᶇah iᶇ ati
Mərgↄ wus kisi
Deniᶇ sisIhan kaᶇ sayəʔti
Berdasarkan hasil pembahasan pada
BAB II, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki fungsi dalam kehidupan
manusia. Serta geguritan yang secara umum merupakan hasil kesenian Jawa yang
bersajak dan bersyair juga memiliki fungsi sebagai penyampaian pesan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dapat juga sebagai pengungkapan perasaan
syukur maupun emosi dalam diri individu.
Agar geguritan tersebut dapat
tersampaikan dengan benar, perlu mengetahui simbol fonetis, hal tersebut agar
memperjelas suatu sajak sehingga pendengar atau orang yang hendak diberi
sampaikan pesan geguritan tersebut dapat mengerti. Tak lupa juga dengan unsur
keindahan dalam menyampaikannya, dapat membuat menarik perhatian pendengar atau
penikmat geguritan dengan pelafalan yang benar.
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penulisan di atas, maka saran
yang dapat disampaikan oleh penulis terhadapa proses Pengklasifikasian fonem
serta penerapan simbol fonetis dari geguritan ” Temu Sisihan Sayekti “ adalah dengan diadakannya pelatihan membaca
geguritan dengan benar menurut simbol fonetis yang dibahas pada BAB II.
Sehingga membuat pembaca geguritan mengerti serta mahir dalam pembacaan
geguritan.
2011,
Bunyi-Bunyi Distingtif Bahasa Jawa. Yogyakarta:
Elmatera Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar