Kamis, 12 Desember 2013

Makalah Fonologi


MAKALAH FONOLOGI
SIMBOL FONETIS PADA GEGURITAN
“ Temu Sisihan Sayekti “

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester I mata kuliah Fonologi
Oleh
NAMA : LUSIANA
NIM : 2611412001




JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013


   Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, karunia, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas akhir semester pertama tahun 2013, mata kuliah Fonoligi, yang disusun dengan judul “ Simbol Fonetis Pada Geguritan “. Penulis berharap , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya serta pendidikan tataran linguistik cabang fonologi pada khususnya.
            Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Demikian tugas makalah fonologi ini di susun dari berbagai sumber, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Penulis harap kritik dan saran dapat tersampaikan untuk kemajuan pembuatan makalah selanjutnya.
                                                                                                                                      




Semarang, 27 Desember 2012





Penulis











Fonologi berasal dari kata fon yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Jadi, fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi bahasa sebagai satuan bahasa terkecil yang memiliki fungsi pembeda lazim. Fonologi juga mengkaji bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya. Tata bahasa akan dipelajari dengan lengkap jika fonologi dipelari dengan baik. Secara umum, fonologi memiliki beberapa prinsip dasar guna mempelajari fonologi bahasa Jawa secara mendalam. Semua prinsip tersebut saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Fonologi mengkaji tentang bunyi bahasa. Tetapi hanya bunyi bahasa yang diucapkan oleh alat ucap manusia saja. Sedangkan bunyi dari sumber yang lain misalnya dari alat musik tidak dikaji oleh ilmu ini.
Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga melalui tulisan. Bunyi bahasa yang semula terwujud dalam bentuk bunyi atau suara dalam bahasa tulis, bunyi-bunyi tersebut akan terwujud dalam bentuk lambang bunyi yang disebut dengan huruf. Dalam hal itu harus kita sadari bahwa huruf sebagai wakil dari bunyi atau sebagai lambang bunyi tidak akan mampu mewakili secara lengkap dan sempurna dalam komunikasi.
Dalam makalah ini, contoh fonetis diambil dari sebuah geguritan yang berjudul “Temu sisihan Sayekti”. Penulis mengambil contoh geguritan karena geguritan merupakan penyampaian karya sastra yang dalam Bahasa Indonesia di sebut dengan puisi. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan tentang simbol fonetis dalam geguritan tersebut. Setiap kata harus dibaca dengan pelafalan yang tepat agar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pembacaannya.




1.      Bagaimana klasifikasi vokal dan klasifikasi konsonan?
2.      Apa yang dimaksud simbol fonetis?
3.      Bagaimanakah contoh geguritan?
4.   Bagaimanakah penerapan simbol fonetis dalam contoh geguritan
Temu Sisihan Sayekti “ ?

1.      Memenuhi tugas akhir Fonologi.
2.      Mengetahui tentang klasifikasi vokal dan  konsonan.
3.      Mengetahui tentang Mengetahui tentang simbol fonetis.
4.      Mengetahui penerapan simbol fonetis dalam contoh geguritan Temu Sisihan Sayekti“ agar pengucapannya sesuai dengan kaidahnya.

                  Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca lebih mengerti tentang pengklasifikasian vokal dan konsonan, serta simbol fonetis dari geguritan Temu Sisihan Sayekti” . Selain itu, pembaca dapat menerapkannya dalam teks lain. Tidak hanya dalam geguritan saja tetapi juga pidato atau dalam teks lain seperti lagu campursari dan lain-lain.











Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari- hari manusia. Kita sebagai manusia tidak bisa hidup tanpa bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dituturkan melalui banyak media.
Geguritan merupakan karya sastra Jawa dalam bentuk sajak yang bahasanya dapat berupa kiasan maupun secara langsung. Untuk mengucapkan suatu geguritan diperlukan adanya teknik untuk memberikan kejelasan serta seni membaca dalam penuturannya.
Hal ini merupakan salah satu kunci sukses dalam penyampaian suatu geguritan. Sehingga dalam tekniknya diperlukan adanya suatu teori. Untuk menjelaskan landasan teori dalam makalah ini berupa tata cara pengklasifikasian fonem vokal dan vonem konsonan serta penerapan simbol fonetis dalam sebuah geguritan.Teori ini dilandaskan dari suatu proses fonologis dari fonemisasi suatu linguistik. Bahwa bunyi berkaitan erat dengan suatu  fon, fonemik, fonetik.

Fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegunaan suatu hal. Kata fungsi menunjukkan pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri tetapi justru dalam hubungan tertentu. Apa yang dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan.
Dalam penerapannya Geguritan tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga dapat berperan dalam penyampaian dalam segi agama, persembahan, atau sebagai wujud ungkapan syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya.

a.    Kalsifikasi vokal
                 Daniel Jones, seorang ahli fonetik dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal kardinal  (cardinal vowels) (Jones, 1958:18: cf. Lapoliwa, 1981: 24). Vokal kardinal adalah bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih sedemikian rupa untuk dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
                 Vokal kardinal itu dalam Abjad Fonetik Internasional  diberi lambang [i, e, ԑ, a, ɑ, ǝ, o, u]. Parameter penentuan vokal kardinal itu ditentukan oleh keadaan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur, dan bentuk bibir.
1)                           Tinggi rendahnya lidah
a)                           Vokal Tinggi : [i,u]
b)                           Vokal Madya: [e, ԑ, ǝ, Ɔ]
c)                           Vokal rendah: [a, ɑ]
2)                           Bagian Lidah yang Bergerak
a)                           Vokal Depan, vokal yang dihasilkan oleh peranan lidah turun naiknya bagian depan: [i,e,ԑ,a]
b)                           Vokal Tengah, vokal yang dihasilkan oleh perana gerakan lidah bagian tengah: [ǝ]
c)                           Vokal Belakang, vokal yang dihasilkan oleh gerakan  peranan lidah bagian belakang: [u, o, Ɔ, ɑ]
3)                           Striktur
a)                           Vokal Tertutup, lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit- langit.:[i, u]
b)                           Vokal Semi-tertutup, lidah diangkat sepertiga dari vokal tertutup.: [e, o]
c)                           Vokal Semi-terbuka, lidah diangkat dua pertiga vokal tertutup.: [ԑ, Ɔ]
d)                          Vokal Terbuka,  posisi lidah serendah mungkin, menjauhi lagit- langit,: [a, ɑ]

4)                           Bentuk Bibir
a)                           Bentuk bibir, terbuka bulat. [ǝ]
b)                           Bentuk bibir, tertutup bulat. [o, u]
c)                           Bentuk bibir, netral, [ɑ]
d)                          Bentuk bibir, tak bulat [i, e, ǝ, ԑ, a]

b.    Klasifikasi Konsonan
1)                           Konsonan Hambat Letup terjadi dengan menghambat penuh arus udara , kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba strikturnya rapat kemudian dilepaskan tiba-tiba.
a)                           Hambat letup bilabial, artikulator aktifnya adalah bibir bawah, artikulator pasifnya bibir atas. :[p,b] {pipa, bapak}
b)                           Hambat letup apiko-dental, artikulator aktifnya ujung lidah, artikulator pasifnya gigi atas. :[t.d] {tawa, dawa}
c)                           Hambat letup apiko-palatal, artikuloator aktifnya ujung lidah, artikulator pasifnya langit-langit keras, [ṭ,ḍ] {thukul, dhateng}
d)                          Hambat letup medio-palatal, artikulator aktifnya tengah  lidah, artikulator pasifnya langit-langit keras. [c,j] {cara, jala}
e)                           Hambat letup dorso-velar, artikulator aktifnya pangkal lidah, artikulator pasifnya langit-langit lunak. [k,g] {kula, gula}
2)                           Konsonan Nasal adalah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapatjalan udara dari paru-paru melalui rongga mulut,jadi strikturnya rapat.
a)                           Konsonan nasal bilabial, artikulator aktifnya bibir bawah, artikulator pasifnya bibir atas. [m] {mateng}
b)                           Konsonan nasal apiko-alveolar, artikulator aktifnya ujung lidah, artikulator pasifnya gusi. [n] {nagka}
c)                           Konsonan nasal medio-palatal, artikulator aktifnya tengah lidah, artikulator pasifnya langit- langit keras. [ῆ] {nyata}
d)                          Konsonan nasal dorso-velar, artikulator aktifnya pangkal lidah, artikulator pasifnya langit- langit lunak. [ɳ] {ngono}

3)                           Konsonan Sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping saja, strikturnya renggang lebar dan tempat artikulasinga ujung lidah dengan gusi. [l] {Lali}
4)                           Konsonan Geseran ialah konsonan yang dibentuk dengan menyempikan jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang dan keluar dengan bergeser.
a)                           Konsonan geseran labio-dental, artikulator aktifnya bibir bawah, artikulator pasifnya gigi atas. [f.v] {foto}
b)                           Konsonan geseran lamino- alveolar, artikulator aktifnya daun lidah, artikulator pasifnya gusi. [s,z] {sinten, zakat}
c)                           Konsonan geseran dorso- velar, artikulator aktifnya pangkal lidah, artikulator pasifnya langit-langit lunak. [x] {khutbah}
d)                          Konsonan geseran laringal, artikulatornya adalah sepasang pita suara. Udara dari paru-paru melalui glotis digeserkan. [h] {hawa}
5)                           Konsonan Getar dibentuk dengan menghambat jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru secara berulang- ulang dengan cepat. Strikturnya rapat renggang.
a)                           Konsonan getar apiko- alveolar terjadi jika artikulator aktifnya menyebabkan proses menggetar yaitu ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. [r] {rada}
6)                           Semi-vokal, dalam pengucapannya dengan renggang terbentang dan renggang lebar.
a)                            Semi-vokal labio dental, artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibr atas. [w] {watu}
b)        Semi-vokal medio-palatal, artikulator aktifnya tengah lidah, artikulator pasifnya langit-langit keras. [y] {yen}


                    Dalam fonologi juga dikenal istilah simbol fonetis. Yaitu tulisan atau simbol yang digunakan untuk mencatat/mentranskripsi bunyi-bunyi bahasa secara detail dalam rangka penyelidikan bahasa terutama penyelidikan bunyi-bunyi bahasa (oleh fonetik dan fonemik). Simbol fonetis merupakan simbol-simbol yang mengalami perbedaan alofonis, akan tetapi tidak menyebabkan perbedaan makna dan perbedaan alofonis. Di dalam kajian ilmu fonologi terdapat beberapa simbol fonetis baik itu merupakan huruf vokal maupun konsonan.
Geguritan adalah karya sastra Jawa. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut sebagai puisi.
Contoh Geguritan :

Tinemu Sisihan Sayekti

Taseh kapikir ing manah
Taksih ke simpen ing manah
Terbang shalawat kang di temu
Tinemu ing tengahing dina
Wayaheng srengenge amentheleng
Namung ra dadi bayan
Aning ndadekake sunggingeng esem
Bungah ing ati
Merga wus kisi
Dening sisihan kang sayekti






Jika geguritan tersebut ditulis menggunakan simbol fonetis, maka penulisannya           adalah sebagai berikut :

” Təmu SisIhan Sayəʔti ”

Taseh kapikir iᶇ manah
Taʔsih kasimpən iᶇ manah
Tərbaᶇ sholawat kaᶇ di temu
Tinəmʊ iᶇ təᶇahiᶇ dina
Wayaheᶇ srəᶇəᶇԑ amənʈələᶇ
Namʊᶇ ra dadi bayan
Aniᶇ ndadeʔakԑ suᶇgiᶇeᶇ esem
Buᶇah iᶇ ati
Mərgↄ wus kisi
Deniᶇ sisIhan kaᶇ sayəʔti




Berdasarkan hasil pembahasan pada BAB II, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Serta geguritan yang secara umum merupakan hasil kesenian Jawa yang bersajak dan bersyair juga memiliki fungsi sebagai penyampaian pesan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dapat juga sebagai pengungkapan perasaan syukur maupun emosi dalam diri individu.
Agar geguritan tersebut dapat tersampaikan dengan benar, perlu mengetahui simbol fonetis, hal tersebut agar memperjelas suatu sajak sehingga pendengar atau orang yang hendak diberi sampaikan pesan geguritan tersebut dapat mengerti. Tak lupa juga dengan unsur keindahan dalam menyampaikannya, dapat membuat menarik perhatian pendengar atau penikmat geguritan dengan pelafalan yang benar.

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penulisan di atas, maka saran yang dapat disampaikan oleh penulis terhadapa proses Pengklasifikasian fonem serta penerapan simbol fonetis dari geguritan ” Temu Sisihan Sayekti “ adalah dengan diadakannya pelatihan membaca geguritan dengan benar menurut simbol fonetis yang dibahas pada BAB II. Sehingga membuat pembaca geguritan mengerti serta mahir dalam pembacaan geguritan.

                       




2011, Bunyi-Bunyi Distingtif Bahasa Jawa. Yogyakarta: Elmatera Publishing.





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar