Kamis, 12 Desember 2013

Makalah Psikolinguistik


MAKALAH
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN BERBAHASA,BERBICARA
DAN
KESULITAN BERBICARA PADA ORANG YANG CADEL SERTA KECENDERUNGANNYA SIFAT YANG DI MILIKINYA

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu : Ibu Prambayun Miji Lestari, SS

Oleh
Nama                    :                      Lusiana
NIM                      :                      2611412001
Prodi/Semester     :                      Sastra Jawa/ II


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013
KATA PENGANTAR


            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Psikolinguistik dengan judul “ Faktor Yang Mempengaruhi Gangguang Berbahasa, Berbicara Dan Kesulitan Berbicara Pada Orang Yang Cedal Serta Kecenderungan Sifat Yang Di Milikinya “. Harapan kita, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam bidang Psikolinguistik.
Demikianlah tugas makalah ini kami susun dari berbagai sumber, kami menyadari terdapat masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa Universitas Negeri Semarang serta Dosen yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, saya ucapkan terima kasih.









Penyusun









Daftar Isi

Halaman Judul....................................................................................................... 1
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan................................................................................................ 4
A. Latar Belakang................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 6
C. Tujuan............................................................................................................... 6
D. Metode Pengumpulan Data.............................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan....................................................................................... 7
Bab II Pembahasan............................................................................................... 8
A. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Berbahasa/Berbicara......................... 8
B. Kesulitan Berbicara Pada Orang Yang Cadel Dalam Berinterksi.................... 15
C. Kecenderungan Sifat Yang Di Miliki Oleh Orang Yang Cadel....................... 16
Bab III Penutup................................................................................................     17
A. Kesimpulan....................................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................................. 18
Daftar Pustaka....................................................................................................... 19
Lampiran............................................................................................................... 20







BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
                        Seseorang akan melewati dua proses dalam memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetisi dan proses preformansi. Kedua proses ini adalah proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara  vsxtidak disadari. Proses ini menghasilkan proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses penghasilan kalimat.
                        Seorang anak dilahirkan dengan “alat pemerolehan bahasa” (Languange acquisition device (LAD). Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan utuk merinci butir-butir yang mungkin dari satu tata bahasa.[1] LAD diangap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya.
                        Itulah proses bahasa yang terjadi pada seorang anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan yang sama untuk mempelajari bahasa, karena mereka memiliki LAD yang sama. Tapi selain kebiasaan yang terjadi dilingkungan si anak juga menentukan bagaimana si anak tersebut mengusai bahasa.
                        Yang dimaksud dengan gangguan bicara dan bahasa adalah terjadinya gangguan atau keterlambatan pada seseorang dalam berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Gangguan bicara dan bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Gangguan  ini bisa dimulai dari bentuk yang paling sederhana, seperti bunyi suara yang ‘tidak normal’ (sengau atau serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk berbicara dan makan.
                        Yang termasuk dalam gangguan wicara dan bahasa antara lain: gangguan perkembangan artikulasi, gangguan kelancaran berbicara (gagap), terlambat bicara dan bahasa, gangguan Dysphasia dan Aphasia (ketidakmampuan  membentuk kata dan menangkap arti kata), gangguan disintegratif pada kanak-kanak, gangguan “Multisystem Development Disorder” (anak yang mengalami gangguan komunikasi, sosial, dan sensoris).
                        Ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan berbicara ataupun berbahasa. Salah satunya kurang matangnya koordinasi bibir dan lidah. Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna, sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti huruf “ R “, diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir.
                                Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijabarkan macam gangguan berbahasa yang sering dialami manusia.
                        Secara garis besar gangguan berbahasa dapat di bagi dua. Pertama, gangguan akibat faktor medis; dan kedua, akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat manusia yang sewajarnya. 
           Secara medis gangguan berbahasa itu dapat di bedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, dan (3) gangguan berpikir.[2] Ketiga gangguan itu masih dapat di atasi kalau penderita  gangguan itu mempunyai daya dengar yang normal; jika tidak, maka akan menjadi sukar atau bahkan sangat sukar.
            Untuk mengatasi seseorang mengalami gangguan berbahasa atau berbicara bisa di lakukan dari seseorang itu masih kecil biasanya orangtua harus meluruskan dengan cara menuntun anak melafalkan ucapan yang benar. Tetapi ingat, orangtua tak boleh memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi jika saat itu belum tiba waktu kematangannya untuk mampu melakukan hal tersebut. Pemaksaan hanya membuat anak jadi stres, sehingga akhirnya dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran berbahasanya. Lakukan pula kerja sama dengan guru, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal.

B.   Rumusan Masalahan
      Penulis mengambil permasalahan yakni :
1.      Faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan berbahasa.
2.      Kesulitan berbahasa pada orang yang cedal dalam berinteraksi dengan orang lain.
3.      Kecenderungan sifat yang di miliki oleh orang yang cedal.

C.   Tujuan
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan gangguan berbahasa pada manusia dan kesulitan pada orang yang cedal dalam berkomunikasi atau berinteraksi dalam kehidupan bermasayarakat.



D.   Metode Pengumpulan Data
     Data yang di kemukakan dalam makalah ini di peroleh melalui berbagai cara, yaitu :

1.      Pengamatan
           Pengamatan yang di lakukan oleh penulis guna memperoleh data di lakukan kepada orang yang mengalami gangguan berbahasa dalam hal ini orang yang mengalami cedal

2.      Wawancara
           Wawancara yang di lakukan oleh penulis terhadap orang yang mengalami gangguan berbahasa dalam hal ini orang yang mengalami cedal.

3.      Membaca buku
           Membaca buku adalah salah satu metode pengumpulan data yang penulis lakukan.

E.   Sistematika Penulisan

     Makalah ini di susun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan, rumusan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan, menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi gangguan berbahasa dan berbicara, kesulitan berbicara pada orang yang cadel dalam berinterksi dan kecenderungan sifat yang di miliki oleh orang yang cadel.

Bab III Penutup, menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

Lampiran,
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Berbicara Dan Berbahasa
                    Dalam berbahasa terkadang manusia mengalami gangguan-gangguan yang menyebabkan kesulitannya dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
1.      Gangguan Berbicara
1). Faktor Mekanisme Jiwa
                        Faktor mekanisme yang menyebabkan manusia kesulitan berbahasa dalam hal ini adalah penyakit medis, di antaranya :
a.       Pulmonal, yaitu penyakit yang di derita oleh manusia yang di sebabkan oleh paru-paru yang kekuatan bernafasnya sangat rendah. Mengakibatkan cara berbicaranya menggunakan nada yang monoton, volume suara menjadi kecil dan terputus- putus sehingga manusia yang memiliki penyakit pulmonal tidak bisa berbahasa dengan baik.
b.      Laringal, yaitu penyakit yang di derita oleh manusia yang mengakibatkan suara menjadi serak atau hilang sama sekali yang di sebabkan oleh rusaknya pita suara.
c.       Lingual, yaitu penyakit pada mulut manusia yang di sebabkan karena gangguang baik penyakit sariawan, dengan mengurangi gerak lidah untuk mengurangi rasa sakit akibat terkena gerakan lidah yang berlebihan.
d.      Resonansi, yaitu gangguan pada alat ucap manusia yang menyebabkan suara yang di hasilkan menjadi sengau, misalnya pada orang yang memiliki bibir sumbing.

2). Faktor Multifaktoral
   Akibat gangguan multifaktoral atau berbagai faktor bisa menyebabkan terjadinya berbagai gangguan berbicara, antara lain sebagai berikut.
a.        Berbicara Sembarangan
Berbicara sembarangan adalah berbicara dengan sangat cepat, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan menghilangkan sejumlah suku kata, sehingga lawan berbicaranya tidak bisa memahami apa yang sedang di bicarakannya.
b.      Berbicara Propulsif
Biasanya gangguan ini terdapat pada para penderita penyakit Parkinson atau kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku dan lemah. Hal ini akan mempengaruhi proses artikulasi karena elastisitas otot lidah, otot wajah, dan pita suara sebagian besar lenyap.
c.        Berbicara Mutis
Berbicara Mutis biasanya penderitanya tidak dapat berbicara sama sekali, bahkan sebagian dari mereka dianggap bisu. Mutisme ini bukan hanya tidak dapat berbicara atau berkomunikasi secara verbal tetapi juga tidak dapat berkomunikasi secara visual maupun isyarat, seperti dengan gerak-gerik dan sebagainya.


3). Faktor  Psikogenik
Gangguan  berbicara Psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara karena mungkin lebih tepat jika disebut dengan variasi cara berbicara yang normal tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan dibidang mental.
a.       Berbicara Latah ( palalo )
Latah sering disamakan dengan ekolalla yaitu perbuatan membeo atau menirukan apa yang dikatakan orang lain tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri dari curah verbal repetitif  yang bersifat jorok koprolalla dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.
b.       Berbicara Manja
          Disebut berbicara manja karena ada kesan anak melakukannya karena ingin dimanja dapat kepada orangtuanya atau pun kepada sanak keluarga terdekat.

c.       Berbicara Kemayu
Berbicara kemayu ini berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan. Yaitu dengan melakukan gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang dilakukan secara ekstra menonjol dan lemah gemulai.

d.      Berbicara Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang - ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Kegagapan merupakan disfasia yang ringan.[3] Kegagapan ini lebih sering terjadi pada kaum laki-laki, dan lebih banyak pada golongan remaja daripada golongan dewasa.[4]

e.       Autis
Autis adalah gangguan pada manusia yang hanya mau berbicara, bersifat terbuka atau berkomunikasi dengan orang - orang tertentu saja yang sudah di kenalinya.

2.      Gangguan Berbahasa

1). Afasia Motorik
   Didapati adanya tiga macam afasia motorik ini, antara lain:
a.       Afasia motorik Kortikal
           Adalah hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. Penderitanya masih mengerti bahasa lisan dan tulisan, namun ekspresi verbal tidak bisa sama sekali.
b.      Afasia Motorik  Subkortikal
            Terjadi karena kerusakan bagian bawah Broca. Penderitanya tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan, tetapi masih bisa berekspresi verbal dengan membeo.



c.       Afasia Motorik Transkortikal
                 Terjadi karena hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa yang terganggu. Penderitanya dapat mengutarakan perkataan, namun hanya singkat dengan perkataan subtitusinya.

2). Afasia Sensorik
Kerusakan karenanya dapat menyebabkan bukan saja pengertian dari apa yang didengar terganggu, tetapi juga pengertian dari apa yang dilihat ikut terganggu. Penyebab afasia sensorik ini adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah wernicne pada hemisferium yang dominan. Kerusakan di daerah ini tidak hanya menyebabkan pengertian dari apa yang didengarnya terganggu, tetapi pengertian dari apa saja yang dilihatnya pun ikut terganggu.
Namun, ia masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dapat dipahami oleh dirinya sendiri meupun orang lain. Curah verbalnya itu merupakan bahasa baru yang tidak dapat dipahami oleh siapa pun. Curah verbalnya itu terdiri dari kata-kata, ada yang mirip, ada yang tepat dengan perkataan suatu bahasa, tetapi kebanyakan tidak sama atau sesuai dengan perkataan bahasa pun.
Neologismenya itu diucapkannya dengan irama,nada, dan melodi yang sesuai dengan bahasa asing yang ada. Sikap mereka pun wajar-wajar saja seakan-akan dia berdialog dalam bahasa yang saling dimengerti. Dia bersikap biasa, tidak tegang, marah, atau depresif. Sesungguhnya apa yang diucapkannya maupun apa yang didengarnya keduanya sama sekali tidak dapat dipahami.





3.      Gangguan Berpikir
Ekspresi verbal yang terganggu bersumber atau disebabkan oleh pikiran yang terganggu. Gangguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa hal-hal berikut.

a. Pikun (Demensia)
Kepikunan atau dimensia adalah suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari ke hari semakin buruk. Gangguan kognitif ini meliputi terganggunya ingatan jangka pendek, kekaliruan mengenali tempat, orang dan waktu. Juga gangguan kelancaran berbicara. Penyebab pikun ini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak.

b. Sisofrenik
Sisofrenik adalah gangguan berbahasa akibat gangguan berfikir. Dulu para penderita sisofrenik juga disebut dengan schizophrenik word salad. Para penderita ini dapat mengucapkan word salad ini dengan lancar dengan volume yang cukup ataupun lemah sekali. Curah verbalnya penuh dengan kata-kata neologisme. Irama serta intonasinya menghasilkan curah verbal yang melodis.
Seorang penderita sisofrenia dapat berbicara terus-menerus. Ocehannya hanya merupakan ulangan curah verbal semula dengan tambahan sedikit. Gaya bahasa sisofren dapat dibedakan dalam beberapa tahap dan menurut berbagai kriteria, yang utama adalah diferensia dalam gaya bahasa sisofrenia halusinasi dan pascahalusinasi.

c. Depresif
Orang yang tertekan jiwanya memproyeksi penderitaanya pada gaya bahasanya dan makna curah verbalnya. Volume curah verbalnya lemah lembut dan kelancarannya terputus-putus oleh interval yang cukup panjang. Namun, arah arus pikiran tidak terganggu. Kelancaran bicaranya terputus oleh tarikan nafas dalam, serta pelepasan nafas keluar yang panjang.
Perangai emosional yang terasosiasi dengan depresi itu adalah universal. Curah verbal yang depresif dicoraki oleh topik yang menyedihkan, menyalahi dan mengutuk diri sendiri, kehilangan gairah bekerja dan gairah hidup, tidak mampu menikmati kehidupan. Malah cenderung mengakhirinya.

4. Gangguan lingkungan sosial
Yang dimaksud dengan akibat faktor lingkungan adalah terasingnya seorang anak manusia yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia. Keterasingan ini dapat disebabkan oleh perlauan dengan sengaja maupun yang tidak sengaja. Seorang anak terasing menjadi tidak dapat berkomunikasi dengan orang disekitarnya atau dengan manusia karena dia tidak pernah mendengar suara ujaran manusia.
Jadi, anak terasing karena tidak ada orang yang mengajak dan diajak berbicara, tidak mungkin dapat berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan sosial masyarakat maka dengan cepat ia menjadi sama sekali tidak dapat berbahasa. Otaknya menjadi tidak lagi berfungsi secara manusiawi karena tidak ada yang membuatnya atau memungkinkannya berfungsi demikian. Maka sebenarnya anak aterasing yang tidak punya kontak dengan manusia bukan lagi manusia sebab pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial.
Meskipun bentuk badannya adalah manusia tetapi dia tidak bermartabat sebagai manusia. Otaknya tidak berkembang sepenuhnya, tidak dapt berfungsi dalam masyarakat manusia, dan akhirnya menjadi tidak mampu sebagai manusia setelah beberapa tahun. Anak terasing tidak sama dengan anak primitif, sebab orang primitif masih hidup dalam suatu masyarakat. Meskipun taraf kebudayaannya sangat rendah, tetapi tetap dalam suatu lingkungan sosial. Kanak-kanak mempunyai segala kemungkinan untuk menjadi manusia hanya selama masa kanak-kanak selepas umur tujuh tahun anak itu tidak dapat dididik untuk mempelajari kebudayaan yang lebih tinggi.


B.   Kesulitan Berbahasa Pada Orang Yang Cadel Dalam Berinteraksi
            Cadel adalah ketidakmampuan mengucapkan satu huruf unik, umumnya huruf “ R “, meski ada juga sebagian orang yang justru bisa menyebut huruf  “ R “, namun cadel untuk huruf lainnya. Dalam hal ini yang di teliti oleh penulis adalah cadel yang tidak bisa mengucapkan huruf  “ R “. Ada beberapa kesulitan yang di alami oleh penderita cadel dari  masa kanak – kanak  sampai beranjak dewasa, di antaranya :
1.      Kesulitan dalam mengucapkan kata – kata yang menggunakan huruf “ R “ pada masa kanak – kanak.
      Dengan kesulitannya mengucapkan huruf “ R “ pada anak balita mungkin sudah biasa, balita justru cenderung memiliki ketidakmampuan untuk mengucapkan huruf “ R “ orangtuanya pun tidak mengkhawatirkan akan hal itu. Kesulitan berbahasa pada orang yang cadel pada usia anak- anak tidak terlalu di permasalahkan, hanya saja orang tua kesulitan untuk memahami kata – kata yang di ucapkan oleh anaknya tersebut.
2.      Kesulitan dalam mengucapkan kata – kata yang menggunakan huruf “ R “ pada masa remaja hingga dewasa.
      Orang yang cadel pada usia remaja hingga dewasa akan berusaha mengucapkan kata – kata yang berhuruf “ R “ dengan pengucapan yang sedikit di percepat agar lawan bicaranya tidak mempermasalahkan kata – kata yang di ucapkannya tersebut. Terlebih jika berinteraksi orang yang tidak dikenal atau baru dikenalnya.

C.   Kecenderungan Sifat Yang Di Miliki Oleh Orang Yang Cadel
1.      Pemalu
      Orang yang cadel cenderung akan memiliki sifat pemalu yang di karenakan dia mempunyai kesulitan dalam mengucapkan huruf – huruf tertentu, dari sifatnya yang pemalu akan mengakibatkan orang yang cadel tidak mudah bergaul.
2.      Pendiam
      Pendiam juga menjadi salah satu sifat yang cenderung di miliki oleh orang yang cadel. Gangguan dalam berbicara yang di milikinya akan mengakibatkan seseorang tersebut memilih diam dari pada berbicara, apalagi cara berbicaranya beda dengan orang – orang yang tidak memiliki gangguan dalam berbicara.
3.      Tertutup
      Tertutup dalam hal ini, tidak mudah bercerita kepada orang lain tentang masalah atau pengalaman yang di hadapinya. Dari sifat pendiam, seseorang tidak mudah bercerita kepada orang lain, apalagi yang belum di rasa dekat dengan dirinya.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

1.      Faktor - faktor yang mempengaruhi adanya gangguan berbahasa atau berbicara pada seseorang itu di antaranya :
1). Gangguan Berbicara
a. faktor mekanisme : pulmona. Laringal, lingual, resonansi.
    b. faktor multifaktoral : berbicara sembarangan, berbicara propulsif, berbicara mutis.
      c. faktor psikogenik : berbicara latah ( palalo ), berbicara manja, berbicara kemayu, berbicara gagap, autis

2). Gangguan berbahasa
a. afasia motorik : afasia motorik kortikal, afasia motorik subkortikal, afasia motorik transkortikal.
b. afasia sensorik

3). Gangguan berfikir
a. Pikun ( Demensia )
b. Sisofrenik
c. Represif

4). Gangguan lingkungan sosial



2.      Kesulitan berbahasa pada orang yang cadel di karenakan ketidakmampuannya untuk mengucapkan kata – kata yang berhuruf “ R “ pada masa kanak – kanak ataupun pada masa remaja hingga dewasa.

3.      Kecenderungan sifat yang di miliki oleh seseorang yang cadel yaitu pemalu, pendiam dan tertutup dengan masalah yang di hadapinya.

B.   Saran
            Penulis hanya bisa memberikan saran supaya setelah membaca makalah ini tidak mengasingkan seseorang yang mengalami gangguan berbahasa dalam hal ini seseorang yang cadel,  akan tetapi lebih memperhatikan anak atau teman – temannya yang mengalami gangguan berbahasa tersebut.
 


Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta : Rikena Cipta, 2009





















[1] Chomsky
[2] Sidharta (1984)
[3] Sidharta (dalam Chaer, 2009)
[4] (Chauchard,1983)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar