MAKALAH
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI GANGGUAN BERBAHASA,BERBICARA
DAN
KESULITAN
BERBICARA PADA ORANG YANG CADEL SERTA KECENDERUNGANNYA SIFAT YANG DI MILIKINYA
Di
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik
Dosen
Pengampu : Ibu Prambayun Miji Lestari, SS
Oleh
Nama : Lusiana
NIM : 2611412001
Prodi/Semester : Sastra Jawa/ II
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Psikolinguistik dengan judul “ Faktor Yang Mempengaruhi Gangguang Berbahasa, Berbicara Dan Kesulitan Berbicara Pada Orang Yang Cedal Serta Kecenderungan Sifat Yang Di Milikinya “. Harapan kita, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam bidang Psikolinguistik.
Demikianlah
tugas makalah ini kami susun dari berbagai sumber, kami menyadari terdapat
masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa
Universitas Negeri Semarang serta Dosen yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini, saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
Daftar
Isi
Halaman
Judul....................................................................................................... 1
Kata
Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar
Isi............................................................................................................... 3
Bab
I Pendahuluan................................................................................................ 4
A.
Latar Belakang................................................................................................. 4
B.
Rumusan Masalah............................................................................................. 6
C.
Tujuan............................................................................................................... 6
D.
Metode Pengumpulan Data.............................................................................. 7
E.
Sistematika Penulisan....................................................................................... 7
Bab
II Pembahasan............................................................................................... 8
A.
Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Berbahasa/Berbicara......................... 8
B.
Kesulitan Berbicara Pada Orang Yang Cadel Dalam Berinterksi.................... 15
C.
Kecenderungan Sifat Yang Di Miliki Oleh Orang Yang Cadel....................... 16
Bab
III Penutup................................................................................................
17
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 17
B.
Saran................................................................................................................. 18
Daftar
Pustaka....................................................................................................... 19
Lampiran............................................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang
akan melewati dua proses dalam memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetisi dan proses preformansi. Kedua proses ini
adalah proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa
yang berlangsung secara vsxtidak
disadari. Proses ini menghasilkan proses pemahaman dan proses penerbitan atau
proses penghasilan kalimat.
Seorang anak dilahirkan dengan “alat
pemerolehan bahasa” (Languange
acquisition device (LAD). Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang
sudah diprogramkan utuk merinci butir-butir yang mungkin dari satu tata bahasa.[1]
LAD diangap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses
bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya.
Itulah proses bahasa yang terjadi pada seorang
anak. Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan yang sama untuk mempelajari
bahasa, karena mereka memiliki LAD yang sama. Tapi selain kebiasaan yang
terjadi dilingkungan si anak juga menentukan bagaimana si anak tersebut
mengusai bahasa.
Yang dimaksud dengan
gangguan bicara dan bahasa adalah terjadinya gangguan atau keterlambatan pada
seseorang dalam berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Gangguan
bicara dan bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses
tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Gangguan ini bisa dimulai dari bentuk yang paling
sederhana, seperti bunyi suara yang ‘tidak normal’ (sengau atau serak) sampai
dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan
mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk berbicara dan makan.
Yang termasuk dalam
gangguan wicara dan bahasa antara lain: gangguan perkembangan artikulasi,
gangguan kelancaran berbicara (gagap), terlambat bicara dan bahasa, gangguan Dysphasia
dan Aphasia (ketidakmampuan membentuk kata dan menangkap arti
kata), gangguan disintegratif pada kanak-kanak, gangguan “Multisystem
Development Disorder” (anak yang mengalami gangguan komunikasi, sosial,
dan sensoris).
Ada beberapa hal yang
mempengaruhi seseorang mengalami gangguan berbicara ataupun berbahasa. Salah
satunya kurang matangnya koordinasi bibir dan lidah. Kemampuan mengucapkan
kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna, sangat bergantung pada
kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik
otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti huruf “ R “,
diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan
bibir.
Gangguan-gangguan
berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan
berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan
berbahasa, kemudian faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijabarkan macam gangguan berbahasa yang
sering dialami manusia.
Secara garis besar gangguan berbahasa dapat di bagi dua.
Pertama, gangguan akibat faktor medis; dan kedua, akibat faktor lingkungan
sosial. Yang dimaksud dengan faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan
fungsi otak maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud
dengan faktor lingkungan sosial adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah
manusia, seperti tersisih atau terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat
manusia yang sewajarnya.
Secara medis gangguan berbahasa itu dapat di bedakan atas tiga golongan, yaitu
(1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, dan (3) gangguan berpikir.[2]
Ketiga gangguan itu masih dapat di atasi kalau penderita gangguan itu
mempunyai daya dengar yang normal; jika tidak, maka akan menjadi sukar atau
bahkan sangat sukar.
Untuk
mengatasi seseorang mengalami gangguan berbahasa atau berbicara bisa di lakukan
dari seseorang itu masih kecil biasanya orangtua harus meluruskan dengan cara
menuntun anak melafalkan ucapan yang benar. Tetapi ingat, orangtua tak boleh
memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi jika saat itu belum tiba waktu
kematangannya untuk mampu melakukan hal tersebut. Pemaksaan hanya membuat anak
jadi stres, sehingga akhirnya dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran
berbahasanya. Lakukan pula kerja sama dengan guru, sehingga dapat diperoleh
hasil yang lebih maksimal.
B. Rumusan Masalahan
Penulis
mengambil permasalahan yakni :
1.
Faktor apa saja yang mempengaruhi gangguan berbahasa.
2.
Kesulitan berbahasa pada orang yang cedal dalam
berinteraksi dengan orang lain.
3.
Kecenderungan sifat yang di miliki oleh orang yang
cedal.
C. Tujuan
Untuk
mengetahui faktor yang menyebabkan gangguan berbahasa pada manusia dan
kesulitan pada orang yang cedal dalam berkomunikasi atau berinteraksi dalam
kehidupan bermasayarakat.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang di
kemukakan dalam makalah ini di peroleh melalui berbagai cara, yaitu :
1.
Pengamatan
Pengamatan
yang di lakukan oleh penulis guna memperoleh data di lakukan kepada orang yang
mengalami gangguan berbahasa dalam hal ini orang yang mengalami cedal
2.
Wawancara
Wawancara yang di lakukan oleh
penulis terhadap orang yang mengalami gangguan berbahasa dalam hal ini orang
yang mengalami cedal.
3.
Membaca buku
Membaca
buku adalah salah satu metode pengumpulan data yang penulis lakukan.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini di susun dengan urutan
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan,
rumusan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
Bab II
Pembahasan, menjelaskan tentang faktor yang
mempengaruhi gangguan berbahasa dan berbicara, kesulitan berbicara pada orang
yang cadel dalam berinterksi dan kecenderungan sifat yang di miliki oleh orang
yang cadel.
Bab III
Penutup, menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
Lampiran,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Berbicara Dan
Berbahasa
Dalam
berbahasa terkadang manusia mengalami gangguan-gangguan yang menyebabkan
kesulitannya dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
1. Gangguan Berbicara
1). Faktor Mekanisme Jiwa
Faktor mekanisme yang
menyebabkan manusia kesulitan berbahasa dalam hal ini adalah penyakit medis, di
antaranya :
a.
Pulmonal, yaitu
penyakit yang di derita oleh manusia yang di sebabkan oleh paru-paru yang
kekuatan bernafasnya sangat rendah. Mengakibatkan cara berbicaranya menggunakan
nada yang monoton, volume suara menjadi kecil dan terputus- putus sehingga
manusia yang memiliki penyakit pulmonal
tidak bisa berbahasa dengan baik.
b.
Laringal, yaitu
penyakit yang di derita oleh manusia yang mengakibatkan suara menjadi serak
atau hilang sama sekali yang di sebabkan oleh rusaknya pita suara.
c.
Lingual, yaitu
penyakit pada mulut manusia yang di sebabkan karena gangguang baik penyakit sariawan,
dengan mengurangi gerak lidah untuk mengurangi rasa sakit akibat terkena
gerakan lidah yang berlebihan.
d.
Resonansi, yaitu
gangguan pada alat ucap manusia yang menyebabkan suara yang di hasilkan menjadi
sengau, misalnya pada orang yang memiliki bibir sumbing.
2). Faktor Multifaktoral
Akibat gangguan multifaktoral atau berbagai
faktor bisa menyebabkan terjadinya berbagai gangguan berbicara, antara lain
sebagai berikut.
a.
Berbicara Sembarangan
Berbicara
sembarangan adalah berbicara dengan sangat cepat, dengan artikulasi yang rusak,
ditambah dengan menghilangkan sejumlah suku kata, sehingga lawan berbicaranya
tidak bisa memahami apa yang sedang di bicarakannya.
b.
Berbicara Propulsif
Biasanya gangguan ini terdapat pada para penderita
penyakit Parkinson atau kerusakan
pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku dan lemah. Hal ini akan
mempengaruhi proses artikulasi karena elastisitas otot lidah, otot wajah, dan
pita suara sebagian besar lenyap.
c.
Berbicara Mutis
Berbicara Mutis biasanya penderitanya
tidak dapat berbicara sama sekali, bahkan sebagian dari mereka dianggap bisu.
Mutisme ini bukan hanya tidak dapat berbicara atau berkomunikasi secara verbal
tetapi juga tidak dapat berkomunikasi secara visual maupun isyarat, seperti dengan
gerak-gerik dan sebagainya.
3). Faktor
Psikogenik
Gangguan berbicara Psikogenik ini sebenarnya
tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara karena mungkin lebih tepat
jika disebut dengan variasi cara berbicara yang normal tetapi yang merupakan
ungkapan dari gangguan dibidang mental.
a.
Berbicara Latah ( palalo )
Latah
sering disamakan dengan ekolalla yaitu perbuatan membeo atau menirukan apa yang
dikatakan orang lain tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri
dari curah verbal repetitif
yang bersifat jorok koprolalla dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.
b.
Berbicara Manja
Disebut
berbicara manja karena ada kesan anak melakukannya karena ingin dimanja dapat
kepada orangtuanya atau pun kepada sanak keluarga terdekat.
c.
Berbicara Kemayu
Berbicara kemayu ini berkaitan dengan
perangai kewanitaan yang berlebihan. Yaitu dengan melakukan gerak bibir dan
lidah yang menarik perhatian dan lafal yang dilakukan secara ekstra menonjol
dan lemah gemulai.
d.
Berbicara Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau
karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang - ulang suku
kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata
itu kalimat dapat diselesaikan. Kegagapan merupakan disfasia yang
ringan.[3]
Kegagapan ini lebih sering terjadi pada kaum laki-laki, dan lebih banyak pada
golongan remaja daripada golongan dewasa.[4]
e.
Autis
Autis adalah
gangguan pada manusia yang hanya mau berbicara, bersifat terbuka atau
berkomunikasi dengan orang - orang tertentu saja yang sudah di kenalinya.
2.
Gangguan
Berbahasa
1). Afasia Motorik
Didapati
adanya tiga macam afasia motorik ini, antara lain:
a.
Afasia motorik Kortikal
Adalah hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan
perkataan. Penderitanya masih mengerti bahasa lisan dan tulisan, namun ekspresi
verbal tidak bisa sama sekali.
b.
Afasia Motorik Subkortikal
Terjadi karena kerusakan bagian bawah Broca. Penderitanya tidak dapat
mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan, tetapi masih bisa
berekspresi verbal dengan membeo.
c.
Afasia Motorik Transkortikal
Terjadi karena hubungan
langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa yang terganggu. Penderitanya
dapat mengutarakan perkataan, namun hanya singkat dengan perkataan
subtitusinya.
2). Afasia
Sensorik
Kerusakan karenanya dapat menyebabkan bukan saja pengertian dari apa yang
didengar terganggu, tetapi juga pengertian dari apa yang dilihat ikut
terganggu. Penyebab afasia
sensorik ini adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah wernicne
pada hemisferium yang dominan. Kerusakan di daerah ini tidak hanya menyebabkan
pengertian dari apa yang didengarnya terganggu, tetapi pengertian dari apa saja
yang dilihatnya pun ikut terganggu.
Namun, ia masih memiliki curah verbal
meskipun hal itu tidak dapat dipahami oleh dirinya sendiri meupun orang lain.
Curah verbalnya itu merupakan bahasa baru yang tidak dapat dipahami oleh siapa
pun. Curah verbalnya itu terdiri dari kata-kata, ada yang mirip, ada yang tepat
dengan perkataan suatu bahasa, tetapi kebanyakan tidak sama atau sesuai dengan
perkataan bahasa pun.
Neologismenya itu diucapkannya dengan
irama,nada, dan melodi yang sesuai dengan bahasa asing yang ada. Sikap mereka
pun wajar-wajar saja seakan-akan dia berdialog dalam bahasa yang saling dimengerti.
Dia bersikap biasa, tidak tegang, marah, atau depresif. Sesungguhnya apa yang
diucapkannya maupun apa yang didengarnya keduanya sama sekali tidak dapat
dipahami.
3.
Gangguan Berpikir
Ekspresi verbal yang terganggu
bersumber atau disebabkan oleh pikiran yang terganggu. Gangguan ekspresi verbal
sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa hal-hal berikut.
a. Pikun (Demensia)
Kepikunan atau dimensia adalah suatu
penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang dari hari
ke hari semakin buruk. Gangguan kognitif ini meliputi terganggunya ingatan
jangka pendek, kekaliruan mengenali tempat, orang dan waktu. Juga gangguan
kelancaran berbicara. Penyebab pikun ini antara lain karena terganggunya fungsi
otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak.
b. Sisofrenik
Sisofrenik adalah gangguan berbahasa
akibat gangguan berfikir. Dulu para penderita sisofrenik juga disebut dengan schizophrenik word salad. Para penderita ini dapat mengucapkan word salad ini dengan lancar dengan volume yang cukup ataupun lemah sekali. Curah
verbalnya penuh dengan kata-kata neologisme. Irama serta intonasinya
menghasilkan curah verbal yang melodis.
Seorang penderita sisofrenia dapat
berbicara terus-menerus. Ocehannya hanya merupakan ulangan curah verbal semula
dengan tambahan sedikit. Gaya bahasa sisofren dapat dibedakan dalam beberapa
tahap dan menurut berbagai kriteria, yang utama adalah diferensia dalam gaya
bahasa sisofrenia halusinasi dan pascahalusinasi.
c. Depresif
Orang yang tertekan jiwanya
memproyeksi penderitaanya pada gaya bahasanya dan makna curah verbalnya. Volume
curah verbalnya lemah lembut dan kelancarannya terputus-putus oleh interval
yang cukup panjang. Namun, arah arus pikiran tidak terganggu. Kelancaran bicaranya
terputus oleh tarikan nafas dalam, serta pelepasan nafas keluar yang panjang.
Perangai emosional yang terasosiasi
dengan depresi itu adalah universal. Curah verbal yang depresif dicoraki oleh
topik yang menyedihkan, menyalahi dan mengutuk diri sendiri, kehilangan gairah
bekerja dan gairah hidup, tidak mampu menikmati kehidupan. Malah cenderung
mengakhirinya.
4. Gangguan lingkungan sosial
Yang
dimaksud dengan akibat faktor lingkungan adalah terasingnya seorang anak
manusia yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia.
Keterasingan ini dapat disebabkan oleh perlauan dengan sengaja maupun yang
tidak sengaja. Seorang anak terasing menjadi tidak dapat berkomunikasi dengan
orang disekitarnya atau dengan manusia karena dia tidak pernah mendengar suara
ujaran manusia.
Jadi,
anak terasing karena tidak ada orang yang mengajak dan diajak berbicara, tidak
mungkin dapat berbahasa. Karena dia sama sekali terasing dari kehidupan sosial
masyarakat maka dengan cepat ia menjadi sama sekali tidak dapat berbahasa.
Otaknya menjadi tidak lagi berfungsi secara manusiawi karena tidak ada yang
membuatnya atau memungkinkannya berfungsi demikian. Maka sebenarnya anak
aterasing yang tidak punya kontak dengan manusia bukan lagi manusia sebab pada
hakikatnya manusia adalah makhluk sosial.
Meskipun bentuk badannya adalah
manusia tetapi dia tidak bermartabat sebagai manusia. Otaknya tidak berkembang
sepenuhnya, tidak dapt berfungsi dalam masyarakat manusia, dan akhirnya menjadi
tidak mampu sebagai manusia setelah beberapa tahun. Anak terasing tidak sama
dengan anak primitif, sebab orang primitif masih hidup dalam suatu masyarakat.
Meskipun taraf kebudayaannya sangat rendah, tetapi tetap dalam suatu lingkungan
sosial. Kanak-kanak mempunyai segala kemungkinan untuk menjadi manusia hanya
selama masa kanak-kanak selepas umur tujuh tahun anak itu tidak dapat dididik
untuk mempelajari kebudayaan yang lebih tinggi.
B.
Kesulitan
Berbahasa Pada Orang Yang Cadel Dalam Berinteraksi
Cadel adalah ketidakmampuan
mengucapkan satu huruf unik, umumnya huruf “ R “, meski ada juga sebagian orang
yang justru bisa menyebut huruf “ R “, namun
cadel untuk huruf lainnya. Dalam hal ini yang di teliti oleh penulis adalah
cadel yang tidak bisa mengucapkan huruf
“ R “. Ada beberapa kesulitan yang di alami oleh penderita cadel
dari masa kanak – kanak sampai beranjak dewasa, di antaranya :
1. Kesulitan dalam mengucapkan kata – kata yang
menggunakan huruf “ R “ pada masa kanak – kanak.
Dengan
kesulitannya mengucapkan huruf “ R “ pada anak balita mungkin sudah biasa,
balita justru cenderung memiliki ketidakmampuan untuk mengucapkan huruf “ R “
orangtuanya pun tidak mengkhawatirkan akan hal itu. Kesulitan berbahasa pada
orang yang cadel pada usia anak- anak tidak terlalu di permasalahkan, hanya saja
orang tua kesulitan untuk memahami kata – kata yang di ucapkan oleh anaknya
tersebut.
2. Kesulitan dalam mengucapkan kata – kata yang
menggunakan huruf “ R “ pada masa remaja hingga dewasa.
Orang yang
cadel pada usia remaja hingga dewasa akan berusaha mengucapkan kata – kata yang
berhuruf “ R “ dengan pengucapan yang sedikit di percepat agar lawan bicaranya
tidak mempermasalahkan kata – kata yang di ucapkannya tersebut. Terlebih jika
berinteraksi orang yang tidak dikenal atau baru dikenalnya.
C. Kecenderungan Sifat Yang Di Miliki Oleh Orang Yang
Cadel
1. Pemalu
Orang yang
cadel cenderung akan memiliki sifat pemalu yang di karenakan dia mempunyai
kesulitan dalam mengucapkan huruf – huruf tertentu, dari sifatnya yang pemalu
akan mengakibatkan orang yang cadel tidak mudah bergaul.
2. Pendiam
Pendiam
juga menjadi salah satu sifat yang cenderung di miliki oleh orang yang cadel.
Gangguan dalam berbicara yang di milikinya akan mengakibatkan seseorang
tersebut memilih diam dari pada berbicara, apalagi cara berbicaranya beda
dengan orang – orang yang tidak memiliki gangguan dalam berbicara.
3. Tertutup
Tertutup dalam hal ini, tidak mudah
bercerita kepada orang lain tentang masalah atau pengalaman yang di hadapinya.
Dari sifat pendiam, seseorang tidak mudah bercerita kepada orang lain, apalagi
yang belum di rasa dekat dengan dirinya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Faktor
- faktor yang mempengaruhi adanya gangguan berbahasa atau berbicara pada
seseorang itu di antaranya :
1). Gangguan
Berbicara
a. faktor mekanisme : pulmona.
Laringal, lingual, resonansi.
b. faktor
multifaktoral : berbicara sembarangan, berbicara propulsif, berbicara
mutis.
c. faktor
psikogenik : berbicara latah ( palalo ),
berbicara manja, berbicara kemayu, berbicara gagap, autis
2). Gangguan berbahasa
a. afasia motorik : afasia motorik kortikal, afasia
motorik subkortikal, afasia motorik transkortikal.
b. afasia sensorik
3). Gangguan berfikir
a. Pikun ( Demensia
)
b. Sisofrenik
c. Represif
4). Gangguan lingkungan sosial
2.
Kesulitan berbahasa pada orang yang
cadel di karenakan ketidakmampuannya untuk mengucapkan kata – kata yang
berhuruf “ R “ pada masa kanak – kanak ataupun pada masa remaja hingga dewasa.
3.
Kecenderungan sifat yang di miliki
oleh seseorang yang cadel yaitu pemalu,
pendiam dan tertutup dengan
masalah yang di hadapinya.
B.
Saran
Penulis hanya bisa memberikan saran supaya setelah
membaca makalah ini tidak mengasingkan seseorang yang mengalami gangguan
berbahasa dalam hal ini seseorang yang cadel, akan tetapi lebih memperhatikan anak atau teman
– temannya yang mengalami gangguan berbahasa tersebut.
Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta
: Rikena Cipta, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar