Selasa, 14 Januari 2014

Morfologi Lanjut Bahasa jawa



1. Makna Nomina Polimorfemis
            Makna nomina polimorfemis dapat di perinci menjadi empat, yaitu (1) makna nomina berafiks, (2) makna nomina bentuk ulang, (3) makna nomina majemuk, (4)makna nomina bentuk kombinasi.
1.1  Makna Nomina Berafiks
1.1.1 Nomina Bentuk pa-/-an
            Nomina bentuk pa-/-an mengandung beberapa macam makna.
1.      Jika bentuk dasarnya berupa nomina yang secara leksikal mengandung makna benda yang berpotensi dalam jumlah besar, nomina bentuk pa-/-an menyatakan makna ‘tempat terdapatnya apa yang tersebut pada dasarnya’
Contoh :
     Pawunan (awu ‘abu’ + pa-/-an) ‘tempat yang banyak abunya
     Papringan (pring ‘bambu’ + pa-/-an) ‘tempat yang banyak bambu’
            Pagajahan (gajah ‘tanaman gajahan’ + pa-/-an) ‘tempat yang banyak tamanan gajahan’
Papinesan (pines ‘pohon pinus’ + pa-/-an) ‘tempat yang banyak pohon pinus’
Patebonan (tebu ‘pohon tebu’ + pa-/-an)’tempat yang banyak pohon tebu’

2.      Selain menyatakan makna tempat atau daerah yang banyak mengandung apa yang tersebut pada bentuk dasa, nomina bentuk pa-/-an dengan bentuk dasar nomina dapat menyatakan ‘jenis yang tersebut pada bentuk dasar’
Contoh :
     Pawongan (wong ‘ orang’ + pa-/-an) ‘jenis orang’
     Parupan (rupa ‘rupa’ + pa-/-an) ‘jenis rupa’
     Pasuwaran ( suara ‘suara’ + pa-/-an) ‘jenis suara’
    
3.      Jka bentuk dasarnya berupa verba, nomina bentuk pa-/-an menyatakan makna.
(a)    ‘sesuatu yang dilakukan atu dikerjakan berkaitan dengan bentuk dasar’. Misalnya
Pagawean (gawe ‘membuat’ + pa-/-an) ‘pekerjaan’
Pangeboran (ngebor ‘ngebor’ + pa-/-an) ‘pengeboran’
Palunganan (lunga ‘pergi’ + pa-/-an) ‘bepergian’

(b)   ‘alat untuk melakukan apa yang dinyatakan pada bentuk dasar’. Misalnya
Panggilesan (giles ‘giles’ + pa-/-an) ‘alat penggilesan’
Panggilingan (giling ‘giling’ + pa-/-an) ‘alat untuk menggiling’
Pagebugan (gebug ‘pukul’ + pa-/-an) ‘alat untuk memukul kasur’

(c)    Panyuluhan (nyuluh ‘ menyuluh’ + pa-/-an) ‘penyuluhan’
Panulisan (tulis ‘tulis’ + pa-/-an) ‘penulisan’

4.      Jika bentuk dasarnya berupa adjektiva, nomina bentuk pa-/-an menyatakan makna ‘tempat yang berkaitan dengan apa yang dinyatakan pada bentuk dasar’.
Contoh :
     Pakuburan (kubur ‘kubur’ + pa-/-an) ‘tempat mengubur’
Pambuwangan (buwang ‘buang’+ pa-/-an) ‘tempat membuang’
Paturonan (turu ‘tidur’ + pa-/-an) ‘tempat tidur’
Pasinggahan (singgah ‘singgah’ + pa-/-an) ‘teempat untuk singgah’

1.1.2  Nomina Bentuk paN-/-an
            Bentuk dasar nomina beribuhan paN-/-an daat berupa verba atau adjektiva dan menyatakan makna ‘hal yang tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh :
            Panggodogan (godog ‘masak’ + paN-/-an) ‘pemasakan’
            Pangawetan (awet ‘awet’ + paN-/-an)’pengawetan’
            Pangecetan (cet ‘cat’ + paN-/-an) ‘pengecatan’




           
1.1.3 Nomina Bentuk pa-
            Bentuk dasar nomina berimbuhan pa- dapat berupa verba dan menyatakan makna berikut ini :
1.      ‘alat yang dipakai untuk melakukan pembuatan yang menyatakan pada bentuk dasar’, misalnya
Panyagga (nyangga ‘menyangga’ + pa-) ‘penyangga’
Panyukur (cukur ‘memotong’ + pa-) ‘pemotong’
Pariasan (rias ‘rias’ + pa-) ‘alat rias’

2.      ‘orang yan melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya
Panulis (tulis ‘ menulis’ + pa-) ‘penulis’
Pangebor (ngebor ‘ngebor’ + pa-) ‘pengebor’
Panggiring (giring ‘menggiring + pa-) ‘penggiring’
Paluku (luku ‘menggaru’+ pa-) ‘penggaru’

1.1.4 Nomina Bentuk paN-
            Nomina bentuk paN- menyatakan makna sebagai berikut. Jika bentuk dasarnya verba, nomina paN-/-an menyatakan makna.
1.      Sing di- (dasar) ‘yang di- (dasar)/di-(dasar)-kan’, misalnya :
Panjaluk (jaluk ‘pinta’ + paN-) ‘permintaan
Panyuwun (jaluk ‘pinta + paN-) permintaan
Paweweh (aweh ‘memberi’ + paN-) ‘pemberian’

2.      ‘sing di-(dasar)-ake’ ‘yang di-(dasar)-kan’, misalnya :
Pangolih (olih ‘dapat’ + paN-) ‘pendapatan’
Patukon (tuku ‘beli’ + paN-) ‘pembelian’
Pangampura ( ampura ‘maaf’ + paN-)’pemaafan’




1.1.5 Nomina Bentuk pe-
            Nomina bentuk pe- merupakan bentuk bahasa Indonesia. Tetapu sudah sering digunakan digunakan didalam Bahasa Jawa. Bentuk dasar noina bentuk pe- ini ialah verba atau morfem pengkal, dengan makna sebagai berikut :
1.      ‘orang yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan pekerjaan tersebut pada bentuk dasar’, misalnya :
Pesindhen (sindhen ‘ nyanyi’ + pe-) ‘yang menyindhen/ menyanyi’
Pedagang (dagang ‘dagang’ + pe-) ‘yang berdagang’
Pengendhang (gendhang ‘gendhang’ + pe-) ‘ yang mengendang’
Penabuh (tabuh ‘memukul’ + pe-) ‘yang menabuh’
Penyuling (suling ‘suling’ + pe-) ‘yang menyuling’

2.      ‘yang dikenali tindakan yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya :
Pengubah (kumbah ‘cuci’ + pe-) ‘penyuci’
Penyetir (setir ‘kemudi’ + pe-) ‘pengemudi’
Penulis (nulis ‘menulis’ + pe-) ‘penulis’
Penggarap (garap ‘pekerja + pe-) ‘tukang kerja’
Penderes (deres ‘penyadap’ + pe-) ’tukang penyadap nira kelapa’

1.1.6 Nomina Bentuk pi-
            Bentuk dasar nomina bentuk pi- dapat berupa morfem pangkal, verba, adjektiva, nomina. Berikut makna yang dinyatakan oleh nomina bentuk pi- :
1.      ‘sing di-(dasar)-ake’ ‘yang di-(dasar)-kan’, misalnya :
Pituduh (tuduh ‘tuduh’ + pi-) ‘ yang dituduhkan’
Pitakon (takon ‘tanya’ + pi-)’yang ditanyakan’

2.      Sing N-(dasar)-ake’ ‘yang meng-(dasar)-kan’, misalnya :
Pikuwat (kuwat ‘kuat’+ pi-) ‘ penguat’
Pilara (lara ‘sakit’ + pi-) ‘penyakit’

1.1.7 Nomina Bentuk pi-/an
            Nomina bentuk pi-/an hanya ditemukan beberapa karena afiks pi-/an termasuk afiks yangtidak produktif. Jika bentuk dasarnya verba sowan, nomina bentuk pi-/an menyatakan makna ‘hal atau tempat yang berkaitan dengan yang tersebut pada bentuk dasar ‘seperti didalam pisowanan (sowan) ‘menghadap’ + pi-/an) ‘pertemuan ‘tempat pertemuan’. Jika bentuk dasarnya nomina tembung. Nomina bentuk pi-/an menyatakan makna ‘kumpulan yang dnyatakan pada bentuk dasar’ seperti didalam pitembungan ( tembung ‘kata’ + pi-/an )  ‘perkataan’. Jika bentuk dasarnya verba tulung, nomina pi-/an menyatakan makna ‘hal yang berkaitan dengan bentuk dasar’ seperti di dalam pitulungan (tulung ‘tolong’+ pi-/an) ‘pertolongan’.

1.1.8 Nomina Bentuk pra-
            Jumlah nomina bentuk pra- sangat terbatas . bentuk dasar nomin aitu berupa nomina, misalnya pralambang (lambang ‘lambang’ + pra-) ‘lambang’. Pratandha (tandha ‘tanda’ + pra-) ‘ tanda’. Pratingkah (tingkah ‘tingkah + pra-) ‘tingkah laku. Prabeya (beya ‘biaya + pra-) ‘biaya’; berupa adjektiva, misalnya prabeda (beda ‘berbeda’ + pra-) ‘ perbedaan’; berupa morfem pangakal, misalnya prajurit (jurit ‘jurit + pra-) ‘prajurit’.
            Jika dilihat dari contoh-contoh diatas, ternyata afiks pra- tidak mempunyai makna. Jika bentuk dasarnya adjektiva atau morfem pangkal, afiks pra- berfungsi membentuk nomina (prabeda dan prajurit). Jika bentuk dasarnya nomina, afiks pra- sebagi pemanis dan lazim terdapat di dalam ragam formal (pralamabang, pratandha, pratingkah, prabeya)
1.1.9 Nomina Bentuk pra-/an
            Nomina bentuk pra-/an hanya mempunyai makna ‘tempat yang berkaitan dengan apa yang dinyatakan pada bentuk dasar’.
Contoh :
            Prapatan (papat ‘empat’ + pra-/an) ‘perempatan’
            Prakotan (kota ‘kota’ + pra-/an) ‘perkotaan’
            Praliman (lima ‘lima’ + pra-/an) ‘simpang lima’
1.1.10 Nomina Bentuk -ku, -mu, -é/-né
Bentuk dasar nomina berimbuhan -ku, -mu, -é/-néberupa nomina. Bentuk –ku dan –mu menyatakan makna ‘pemilik, sedangkan nomina bentuk dasar menyatakan makna ‘termilik. Afiks –é/né menyatakan makna tertentu:
Contoh:
1.1.11 Nomina Bentuk ka-/-an
Bentuk dasar nomina bentuk ka-/-an dapat berupa nomina, verba, atau adjektiva. Berikut ini ialah makna yang dinyatakan oleh nomina bentuk ka-/-an.
1.      Jika bentuk dasarnya berupa nomina yang mengacu pada jabatan, nomina bentuk ka-/-an menyatakan makna ‘tempat tinggal atau daerah/kompleks/kawasan, yang dinyatakan pada bentuk dasar’.
Contoh:
Karesidhenan (residen ‘residen’ + ka-/-an) karesidenan’
Kaputren (putri ‘putri’ + ka-/-an) ‘tempat keputrian’

2.      Jika bentuk dasarnya berupa adjektiva, nomina bentuk ka-/-an menyatakan makna ‘hal yang tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh:
Kamulyan (mulya ‘mulya’ + ka-/-an) ‘kemuliaan’
Kasekten (sakti ‘sakti’ + ka-/-an) ‘kesaktian’

1.1.12 Nomina Bentuk –an
Bentuk dasar nomina bentuk –an dapat berupa morfem pangkal, nomina bentuk –an menyatakan makna:
1.      Jika bentuk dasarnya berupa morfem pangkal, nomina bentuk –an menyatakan makna:
a.       ‘alat untuk melakukan apa yang dinyatakan pada bentuk dasar’, misalnya:
Guntingan (gunting ‘gunting + -an) ‘untuk menggunting’
Ayakan (ayak ‘ayak’ + -an) ‘ untuk mengayak’


b.      ‘hasil dari tindakan yang dinyatakan pada bentuk dasar’, misalnya:
Godogan (godog ‘rebusan’ + -an ) ‘hasil rebusan’
Kuburan (kubur ‘kubur’ + -an ) ‘hasil mengubur’

2.      Jika bentuk dasarnya berupa nomina, nomina bentuk –an menyatakan makna
a.       ‘berasal dari daerah atau kawasan yang dinyatakan pada bentuk dasar’, misalnya:
Peleman (pelem ‘mangga’ +-an) ‘tempat yang banyak mangga’
Parinan (pari ‘padi + -an) ‘tempat yang banyak padi’
Tebunan (tebu ‘tebu’ + -an) ‘tempat yang banyak pohon tebu’

b.      ‘tiruan atau seperti yang disebut pada bentuk dasar’ misalnya
Gunungan (gunung ‘gunung’ + -an ) ‘gunung tiruan’
Wayangan (wayang ‘wayang’ + -an ) ‘wayang tiruan’

c.       ‘tempat yang tersebut pada bentuk dasar’, misalnya
Teb­on (tebu ‘tebu’ + -an ) ‘perkebunan tebu’
Sekolahan (sekolah ‘sekolah + -an ) ‘tempat untuk sekolah’

3.      Jika bentuk dasarnya berupa adjektiva, nomina bentuk –an menyatakan makna ‘sesuatu yang bersifat seperti yang disebutkan pada bentuk dasar’.
Contoh:
Kotakan (kotak ‘kotak’ + -an ) ‘sesuatu berbentuk kotak’
Aseman ( asem ‘asam’ + -an ) ‘sesuatu yang asam’
Glondhongan (glondhong ‘bulat’ + -an ) ‘sesuatu yang berbentuk bulat’

1.2. Makna Nomina Bentuk Ulang
Makna nomina bentuk ulang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) makna nomina bentuk ulang penuh dan (2) makna nomina bentuk ulang parsial.


1.2.1 Nomina Bentuk Ulang Penuh
Nomina bentuk ulang penuh cenderung bersifat peka konteks, sama halnya dengan makna adjektiva bentuk ulang, yaitu menyatakan makna sebagai berikut.
1.      Menyatakan makna ‘semua’.
Pengulangan nomina yang menyatakan makna ‘semua’ mempunyai beberapa ciri, yaitu (1) pengulangan itu berpadanan dengan kata kabéh‘semua’, (2) di belakang nomina ulang itu dimungkinkan adanya penambahan kata sing/kang‘yang’ diikuti verba atau adjektiva, (3) dimungkinkan penambahan kata padha’pada, sama-sama (penanda pelaku jamak)’ dan kabéh. Kata padhadan kabéh dapat ditambahkan secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
(1)   a.  sapi-sapi sing wis dipakani di adol.
‘sapi-sapi yang sudah di beri makan dijual’
b.      Kabeh sapi sing wis dipakani di adol.
‘Semua sapi yang sudah diberi makan dijual’
c.       Sapi-sapi sing wis pada dipakani di dolli.
‘Sapi-sapi yang sudah diberimakan dijuali’
d.      Sapi-sapi sing wis dipakani di dol kabeh.
‘sapi-sapi yang sudah diberi makan dijual semua.’
e.       Sapi-sapi sing pada dipakani didoli kabeh.
‘sapi-sapi yang sudah diberi makan dijuali semua.’

2.      Menyatakan makna ‘banyak’ dalam arti ‘berbagai macam’.
Pengulangan nomina yang menyatakan makna ‘banyak’ ini berpadanan dengan kata akéh‘banyak’ dan berkemungkinan untuk ditambah kata akéh dan sing.
a.    Godhong-godhong padha alum.
‘daun-daun pada layu’
b.    Akeh godhong padha alum.
banyak daun pada layu’
c.    Godhong-godhong akeh sing padha alum.
‘daun-daun banyak yang pada layu’


3.      Menyatakan makna ‘meskipun’ yang dinyatakan pada bentuk dasar’. Pengulangan nomina yang menyatakan makna ‘meskipun yang dinyatakan pada bentuk dasar’ berpadanan dengan kata sanadyan, nadyam, senajan, najan, sanajan yang semuanya dapat diberi glos ‘meskipun’.
Contoh:
a.    Saking kenthire sedulur-sedulur di pateni
‘Karena sangat gilanya saudara-saudara dibunuh’
b.    Saking kenthire sanajan wong dipateni
‘karena sangat gilanya walaupun orang dibunuh’

4.      Menyatakan makna ‘sembarang’
Pengulangan nomina dengan makna ‘sembarang’ dapat dipadankan dengan kata sadhéngah, sedhéngah, atau sak-saké; ketiganya dapat diberi glos ‘sembarang’.
a.      Sebarna pamflet kuwe ning dalan-dalan
sebarkan pamflet itu di jalan-jalan’
b.      Sebarna pamflet kuwe ning sembarang dalan
Sebarkan pamflet itu disembarang jalan.

5.      Menyatakan ‘nama binatang yang diasosiasikan dengan gerak’.
Contoh:
a.       Anggang-anggang (anggang ‘mengambang’ + U)

6.      Menyatakan makna ‘sesuatu yang bersifat seperti yang tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh:
a.      aku mau weruh kuning-kuning ngambang ning kali
saya tadi melihat kuning-kuning (kotoran manusia) mengambang disungai’
b.      awan-awan aku pengin nginum sing seger-seger.
‘siang-siang aku pengin meminum yang segar-segar (es/minuman yang dingin)’

1.2.2 Nomina Bentuk Ulang Parsial
Pengulangan parsial berfungsi mengubah adjektiva menjadi nomina. Bentuk ini menyatakan makna ‘sesuatu yang bersifat seperti yang tersebut pada bentuk dasar’ atau ‘sesuatu yang menyebabkan seperti yang tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh:
Bebener (bener ‘bener’ + Up) ‘sesuatu yang benar’
Rereged (reged ‘kotor’ + Up) ‘sesuatu yang kotor’
Memedi (medi ‘setan’ + Up) ‘sesuatu yang menakutkan’

1.3 Makna Nomina Bentuk Majemuk
Berkaitan dengan maknanya, nomina bentuk majemuk dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama, nomina ajemauk yang maknanya ditentukan  oleh hubungan sintaksis antarunsurnya.
1.3.1 Ditentukan oleh Hubungan Antarunsurnya
Pada nomina majemuk tipe ini makna masing-masing unsur masih tampak jelas Makna antarunsur itu saling berhubungan. Hubungan itu dapat bersifat koordinatif atributif.
1.      Hubungan Makna Koordinatif
Nomina majemuk yang maknanya didasarkan pada hubungan makna antar-konstituennya secara koordinatif, status makna konstituennya sejajar, konstituen yang satu tidak mewatasi konstituen yang lain, tetapi dapat bersinonim atau berantonim.
Contoh:
a.       Urun rembug (urun ‘ikut’ + rembug ‘diskusi’) ‘musyawarah’
b.      Abang ireng ( abang ‘merah’ + ireng ‘hitam’) ‘merah banget’

2.      Hubungan Makna Atributif
Nomina majemuk yang maknanya didasarkan pada hubungan makna antar konstituennya secara atributif, ststus makna unsur-unsurnya tidak sejajar, unsur yang satu mewatasi unsur yang lain.
Contoh:
a.       Adhi gedhe (adhi ‘adik’ + gedhe ‘besar’)’adik ketemu gedhe’
b.      Lenga lentik (lenga ‘minyak’ +lentik ‘lembek’ ) ‘sebutan minyak goreng’

1.3.2 Tidak Ditentukan oleh Hubungan Antarunsurnya
Makna unsur nomina majemuk tipe ini tidak menentukan makna nomina majemuk.
Contoh:
a.       Tangan tengen (tangan ‘tangan’ +tengen ‘kanan’ ) ‘tangan kanan’
b.      Raja kaya (raja ‘raja’ + kaya ‘kaya’ ) ‘binatang ternak’


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar