LAGU DOLANAN JAWA
DAN
PESAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
1. Dongengan
Suku jawa mempunyai banyak kebudayaan
yang khas yang berbeda dengan kebudayaan yang di miliki oleh daerah lainnya.
Sistem budayanya menggunakan simbol atau lambang-lambang , dimana lambang –
lambang tersebut memiliki pesan atau nasihat- nasihat tertentu bagi bangsanya.
Sebagai contoh kebudayaannya adalah nyanyian rakyat. Nyanyian rakyat merupakan
sastra lisan yang awal mulanya terbentuk dari tradisi lisan. Nyanyian rakyat
kebanyakan di gunakan oleh suku jawa kalangan anak-anak yang biasanya kita
sebut dengan lagu-lagu dolanan. Kebudayaan jawa sangat kaya akan lagu-lagu
dolanan jawanya, sebagai contohnya lagu cublak-cublak suweng, jamuran, jaranan,
bocah di nyadolan, dongengan dan masih basih banyak lagi yang lainnya.
Lagu-lagu dolanan lebih sering di nyanyikan oleh anak-anak pada malam hari,
terutama pada malam bulan purnama. Di sertai dengan gerak- gerik tertentu dari
dolanan yang di mainkan, anak-anak juga menjadikan lagu-lagu dolanan jawa
tersebut sebagai pengiring dolanannya.
Salah satu lagu dolanannya adalah lagu Dongengan.
Lagu dongengan merupakan salah satu lagu dolanan yang terdapat di Tanah Jawa,
Jawa Tengah khususnya. Meskipun tidak banyak yang mengetahui lagu ini, tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa lagu dongengan merupakan lagu dolanan yang berasal
dari Jawa. Terlihat dari bahasa yang terdapat pada syairnya, lagu dongengan
menggunakan bahasa Jawa. Lagu dongengan termasuk ke dalam lagu dolanan yang
tidak memiliki gerakan yang khusus dalam menyanyikannya. Tidak seperti lagu jamuran,
cublak-cublak suweng dan gotri nagasari yang mempunyai gerakan-gerakan
tertetu yang dilakukan ketika lagu tersebut dinyanyikan.
Lagu dongengan hampir mirip dengan lagu dolanan jago
kluruk dan gugur gunung, yang lagunya hanya sekedar menjadi lagu yang
dinyanyikan oleh orang tua pada saat menemani anaknya menjelang tidur. Lagu ini
bisa disebut juga sebagai lagu pengantar tidur seperti lagu nina bobo atau
nyanyian kelonan, yakni lagu yang mempunyai irama yang halus dan tenang,
berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan
rasa santai, sejahtera, dan akhirnya rasa kantuk pada anak yang mendengarkannya
(James Danandjaja, 1984). Walaupun hanya sebagai lagu pengantar tidur
tetapi banyak anak-anak yang menghafal
dan bisa menirukan lagu dongengan tersebut. Hal itu dikarenakan daya ingat
anak-anak sangat kuat, sehingga mereka bisa menghafal syair lagunya. Tidak
jarang juga, orang tua yang sengaja mengajarkan lagu dongengan ini kepada
anak-anaknya agar anak-anaknya selalu mengingat Ayah dan Ibunya disaat mereka
menjelang tidur. Apalagi jika kita lihat syair lagu dongengan, pada syairnya
jika kita alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia tersurat bahwa “ dari dulu
bapaknya selalu menceritakan berbagai macam cerita ketika ia menjelang tidur” .
Syair tersebut jelas mengharapkan anak untuk tetap mengingat bahwa dari dulu
sampai sekarang bapaknya selalu bercerita tentang banyak hal. Dibawah ini teks
syair lagu dongengan :
Wiwit mbiyen saben arep mapan turu
Ora lali bapak andongengi aku
Satu kewan uga sakehing tanduran
Gundul pringis genderwo nganti pocongan
Kanca
kabeh yo pada bareng dolanan
Aneng
latar dasare padang rembulan
Endah
tenan gegojegan tetembangan
Gobak
sodor, umpetan lan macapatan
Apabila
syair diatas kita artikan ke dalam bahasa Indonesia, akan menjadi :
Dari dulu setiap
menjelang tidur
Tidak lupa ayah
bercerita kepadaku
Satu hewan juga
banyak tumbuh-tumbuhan
Gundul pringis, genderwo sampai pocong ( nama-nama setan)
Teman semua ayo
kita bermain bersama
Di halaman, memang
terang terkena bulan purnama
Indah sekali
bertingkah dan bernyanyi
Gobak sodor, petak umpet dan macapatan
Semua kebudayaan atau karya yang
masuk ke dalam ranah sastra lisan perlu kita ketahui apa makna dari setiap kata
dan apa tujuan di ciptakannya karya atau kebudayaan tersebut. seperti lagu
dolanan jawa misalnya, bisa kita pastikan bahwa dalam syair-syairnya mengandung
makna yang di gunakan sebagai sarana penyampaian pesan atupun nasihat-nasihat dari pengarangnya, walaupun di dalam sastra
lisan tidak diketahui siapa pengarang karya –karya tersebut. Dibawah ini
beberapa lagu dolanan jawa di sajikan beserta makna dari setiap syair dan
amanatnya yang di ambil dari berbagai sumber
.
.
2. Jamuran
Jamuran
merupakan judul lagu sekaligus nama permainan atau dolanan jawa yang sering di
mainkan oleh anak-anak pada zaman dahulu. Lagu ini biasa di nyanyikan dengan
gerakan-gerakan yang sederhana. Dikalangan masyarakat jawa lagu jamuran sudah
tidak asing lagi karena termasuk lagu dolanan jawa yang terkenal. Permainannya
lebih sering di mainkan oleh 4-12 anak dengan umur antara 6 sampai dengan 13
tahun. Pemain jamuran bisa laki-laki atau perempuan bahkan ada yang pemainya
campuran. Jamuran biasanya di lakukan
pada waktu sore atau malam hari pada saat bulan purnama. Permainan jamuran tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, jamuran hanya membutuhkan
tanah lapang yang luas.
Cara permainannya sangat mudah, misalkan
yang memainkannya ada 10 anak ( A B C D E F G H I J), setelah itu di undi
dengan cara pingsut, dari hasil pingsut (hompimpa) siapa yang kalah akan
dadi. Semisal yang kalah adalah J dan artinya J yang akan jadi dan A B C D E F
G H I akan membentuk barisan yang melingkar, dan J berada di tengah. Setelah
itu permainan di mulai dengan gerakan A-I berjalan melingkar memutari J dengan
menyanyikan lagu Jamuran tersebut.
setelah nyanyian selesai dengan syair terakhirnya adalah semprat semprit jamur apa? Dan J menjawab pertanyaan dari teman-teman
yang memutarinya. Seperti contohnya J menjawab jamur kethèk mènèk, lalu semua yang mengelilingi J harus
menirukan gaya kethèk, apabila ada anak yang tidak bisa menirukan gaya kethèk,
maka secara tidak langsung anak tersebut dadi dan begitu seterusnya.
Begitulah cara
permainannya hanya sesederhana itu, tetapi pada masa sekarang sudah jarang
anak-anak yang memainkan permainan tersebut bahkan mengetahui cara
permainannyapun tidak. Hal tersebut di
karenakan zaman sekarang anak-anak lebih menyukai permainan yang modern di
bandingkan dengan permainan tradisional, padahal di dalam permainan tradisional
terutama pada lagu dolanannya mempunyai pesan atau nasehat-nasehat yang mampu
mempengaruhi pembentukan karakter. Begitu juga pada lagu dolanan jamuran.
Lagu dolanan
jawa terdiri dari dua unsuur penting, yaitu nada atau lagu dan kata-kata atau
syairnya. Lagu dolanan jawa bisa kita sebut sebagai bentuk puisi yang di
lagukan. Apabila di lihat dari kata-kata atau syairnya tersebut jika
diinterprestasikan, kata-kata pada teks puisi tersebut mengandung nilai-nilai
pendidikan atau nasehat-nasehat tertentu yang bertujuan sebagai ajaran untuk
mengatur tingkah laku, perbuatan dan kebiasaan yang dianggap baik ataupun buruk
oleh masyarakat yang bersangkutan ataupun oleh pengarangnya sendiri. Terkadang
kata- kata pada syair lagu dolanan tidak bisa langsung di mengerti oleh para
pelantun atau para pendengarnya, seperti lagu jamuran itu sendiri. Lagu jamuran ternyata mempunyai makna dari setiap kata-kata pada
syairnya. Dibawah ini makna dari lagu jamuran
:
Jamuran ya ge ge thok
(jamurannya ya dibuat pura-pura)
Jamur apa ya ge ge thok (jamur apa ya dibuat
pura-pura)
Jamur gajih mbejijih sa ara-ara (jamur
gajih mengotori seluruh lapangan)
Semprat-semprit jamur opo
(melesat cepat jamur apa)
Pada baris
pertama dengan syair Jamuran ya ge ge thok, jika kita lihat pengertiannya dalam bahasa
Indonesia jamurnya ya di buat pura-pura. Di sesuiakan dengan permainannya bahwa gaya jamur yang akan di
praktekan pada permainannya hanya tiruan saja. Baris keduanya Jamur apa ya ge ge thok, jamur
apa ya di buat pura-pura. Bila kita sambungkan dengan syair pada baris
pertamanya dengan jamur yang akan di praktekan hanyalah tiruan jamur yang
sebenarnya dan berfikir dengan mengucapkan jamur apa ya yang akan di buat pura-pura.
Jamur
gajih mengotori seluruh lapangan menjadi arti dari syair pada baris
ketiga yaitu Jamur gajih mbejijih sa ara-ara,
jika dijelaskan, apabila
memilih jamur gajih akan mengotori
seluruh lapangan, tetapi kata-kata tersebut hanyalah sebuah kiasan
saja, tidak akan terjadi pada kenyataannya karena itu hanya permainan menirukan
gaya jamur saja. Pada baris keempat dengan syair Semprat-semprit jamur apa? Merupakan sebuah pertanyaan yang
di ujarkan oleh pemain yang berputar mengitari pemain yang dadi dan di
tujukan kepada pemain yang dadi tersebut, jika kita artikan dalam bahasa
Indnesia melesat jamur apa.
Pengertian dari syair setiap barisnya hanya di
sesuaikan dengan permainannya saja. Apalagi jika disambungkan dari baris satu
sampai baris terakhir. Pengertiannya juga denotatif, jelas-jelas maknanya hanya
untuk kepentingan mengiringi permainan anak-anak saja. Syairnya hanya jamurnya
ya di buat pura-pura, jamur apa yang akan di buat pura-pura, jamur gajih akan
mengotori seluruh lapangan, dan baris terakhirnya melesat jamur apa, yang
mendiskripsikan bahwa permainan jamuran hanya permainan pura-pura menirukan
bentuk –bentuk jamur dan diakhiri dengan pertanyaan kepada anak yang dadi.
Lagu dolanan jamuran juga mempunyai pesan
atau nasehat yang terkandung didalamnya. Ada beberapa sumber yang mengesensikan
bahwa dalam lagu dolanan jawa dan permainannya mengajarkan kepada anak-anak bahwa
hidup di dunia ini terdapat berbagai aturan yang harus di patuhi. Terlihat pada
permainannya, pemain yang mengitari pemain yang dadi harus mematuhi apa
yang di perintahkan atau diminta oleh pemain yang dadi untuk menirukan
gaya jamur yang di sebutkan oleh pemain yang dadi. Para pemain yang
mengitari juga mematuhi perintah dari pemain yang dadi secara kompak,
itu artinya semua yang mempunyai aturan harus mematuhi peraturan tersebut dan
dalam mematuhinya harus bersama-sama artinya semuanya harus mematuhi aturan
yang sudah ditetapkan
.
.
3.
Gek Kepriye
Seperti halnya lagu dolanan jawa yang berjudul jamuran,
dongengan, lir-ilir, gotrinagasari, dan lain sebagainya, lagu
kebudayaan yang khas dari Tanah Jawa yang lainnya adalah lagu “Gek Kepriye”.
Lagu gek kepriye mempunyai syair yang sangat apa adanya, dengan menggunakan
kata-kata yang sangat mudah di fahami oleh kebanyakan orang Jawa. Jika
disimpulkan dalam cerita, syair dari lagu gek kepriye itu sedang dinyanyikan
oleh seorang anak yang sering diejek oleh teman-temannya karena anak tersebut
bukan anak dari orang kaya dan akhirnya anak tersebut mempunyai keyakinan bahwa
suatu saat nanti si anak pasti bisa menjunjung derajat negara menjadi negara
yang makmur, meskipun pada saat itu si anak selalu diejek oleh teman-teman yang
tidak suka kepada si anak, dengan menyanyikan lagu gek kepriye lah
si anak mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
Tidak berbeda dengan lagu dongengan, lir-ilir,
gundul pacul, kupu kuwi, dan lain-lain, lagu gek kerpiye juga termasuk
lagu tradisional Jawa yang termasuk dalam jenis nyanyian rakyat. Seperti lagu
dolanan Jawa yang lain, lagu gek kepriye juga dinyanyikan oleh
anak-anak. Fungsinya hanya sebagai nyanyian saja, tidak seperti lagu dolanan
jawa yang lain yang mempunyai gerakan-gerakan khusus yang dimainkan dengan di
iringi lagu gek kepriye tersebut. Lagu gek kepriye merupakan lagu
yang cukup panjang jika dibandingkan dengan lagu jamuran atau lagu
menthok-menthok yang syairnya hanya beberapa baris saja. Meskipun syairnya
panjang, tetapi di dalam syairnya hanya menggunakan kata-kata yang mudah saja,
misalkan kata “ pye “ yang di ulang beberapa kali, dengan kata “ pye
“ yang di ulang tersebut, menjadikan lagu gek kepriye mempunyai
syair yang panjang, jika dituliskan dalam teks seperti di bawah ini :
Duh
kaya ngene rasane duh seperti ini rasanya
Anake wong ora duwe jadi anaknya orang miskin
Ngalor ngidul tansah diece kemana-mana selalu diejek
Karo kanca kancane oleh teman-temannya
Anake wong ora duwe jadi anaknya orang miskin
Ngalor ngidul tansah diece kemana-mana selalu diejek
Karo kanca kancane oleh teman-temannya
Pye
pye pye pye ya ben rasakna bagaimana (4x) ya biyar dirasakan
Pye pye pye pye rasakna dewe bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Pye pye pye pye ya ben rasakna bagaimana (4x) ya biyar dirasakan
Pye pye pye pye rasakna dewe bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Pye pye pye pye rasakna dewe bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Pye pye pye pye ya ben rasakna bagaimana (4x) ya biyar dirasakan
Pye pye pye pye rasakna dewe bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Besuk
kapan aku bisa besok entah kapan waktunya aku bisa
Urip kang luwih mulya hidup yang lebih mulia
Melu nyunjung drajating bangsa ikut menjunjung drajat bangsa
Indonesia kang mulya indonesia yang mulia
Urip kang luwih mulya hidup yang lebih mulia
Melu nyunjung drajating bangsa ikut menjunjung drajat bangsa
Indonesia kang mulya indonesia yang mulia
Pye
pye pye pye mbuh ra weruh bagaiman (4x) tidak tahu, tidak
mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra weruh bagaiman (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra weruh bagaiman (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Dari syair lagu gek kepriye yang sudah disertai dengan terjemahannya dalam bahasa
Indonesia, juga bisa kita simpulkan bahwa lagu tersebut mempunyai amanat, jika
kita menjadi anak orang miskin dan diejek oleh teman, bukan berarti kita patah
semangat, kita memang boleh merasakan dan mengakui keadaan, tetapi bukan
berarti kita hanya marah dan bersedih hati saja, tetapi kita juga harus
berkeyakinan bahwa nantinya kita bisa membuktikan bahwa anak dari orang miskin
bukan berarti tidak mempunyai kemampuan yang lebih dan hanya menjadi bahan ejekan,
tetapi bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Bisa disimpulkan
pula, ketika kita diejek maka ejekan tersebut akan menjadi pendorong atau
motivasi untuk kita dalam melakukan segala sesuatu.
4.
Jago Kluruk
Ada lagi salah satu lagu dolanan yang
berasal dari Jawa Tengah. Lagu yang menggambarkan peradapan, keadaan atau suasana
kehidupan di pedesaan ini mempunyai judul “Jago Kluruk”.
Lagu ini termasuk kedalam jenis lagu yang sekedar dinyanyikan saja. Walaupun
hanya dinyanyikan saja, tetapi lagu jago
kluruk mempunyai waktu khusus dalam menyanyikannya. Sesuai dengan syairnya,
lagu jago kluruk di nyanyikan pada
saat pagi hari, mungkin banyak yang menyanyikannya pada siang atau malam hari,
tetapi lagu ini sangat cocok dinyanyikan di pagi hari. Suasananya yang sejuk
dan asri, sangat mendukung jika lagu jago
kluruk dinyanyikan di pagi hari, saat matahari mulai terlihat dan mulai
meninggi.
Berikut ini adalah teks lagu dolanan “Jago Kluruk”
:
Ing wayah esuk,
jagone kluruk
Rame swarane
pating kemruyuk
Wadhuh senenge
sedulur tani
Bebarengan padha
nandur pari
Srengenge nyunar
kulon prenahe
Manuke ngoceh ana
wit-witan
Paling cemruwit
rame swarane
Tambah asri donya
saisine
Maknanya jika di
artikan dalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini :
Di
waktu pagi ayam jagonya berkokok
Ramai
suaranya saling bergerombol
Senang
sekali para petani
Bersama-sama
menanam padi
Matahari
bersinar di sebelah timur
Burungnya
berkicau di pepohonan
Ramai
berkicau indah suaranya
Menambah
keindahan alam seisinya
Lagu
dolanan tersebut memberikan pengetahuan pada anak tentang suasana pedesaan dan
para petani. Generasi muda pada masyarakat Jawa sekarang sudah banyak yang
tidak mengetahui suasana pedesaan dan kehidupan para petani terutama yang
tinggal di perkotaan. Lagu tersebut memberikan gambaran suasana pedesaan di
pagi hari, dimana para penduduknya selain bertani juga memiliki ternak ayam.
Petani menanam pagi pada pagi hari dibarengi kicauan burung yang menambah indah
suasana alam seisinya.
Walaupun
pada zaman sekarang sudah sulit untuk menemui suasana yang seperti itu lagi,
tetapi dengan perantara lagu jago kluruk
ini, semua yang mengetahui lagu ini akan merasakan bagaimana suasana di kawasan
pedesaan di waktu pagi hari. Lagu jago
kluruk juga bisa dikategorikan jenis nyanyian rakyat yang termasuk nyanyian kerja (working song), yakni nyanyian rakyat yang mempunyai irama dan
kata-kata yang bersifat menggugah, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah atau
rasa semangat untuk bekerja (James Danandjaja, 1984).
Syair
lagu jago kluruk jika kita nyanyikan
di pedesaan, pada baris ke-3 dan ke-4 dalam bahasa Indonesianya Senang
sekali para petani dan Bersama-sama menanam padi, secara tidak langsung menjadi penggugah para petani untuk selalu
bersama- sama menanam padi, agar syair dalam lagu tersebut bukan hanya sekedar
syair tetapi dalam kenyataannya itu ada, dan akan membuat si penyanyi merasa
senang ketika melihat pak tani sedang bekerja bersama-sama dan membuat si penyanyi
selalu menyanyikan lagu tersebut.
Ketika
kita menyanyikannya dan mengajarkannya kepada teman, anak, cucu atau kepada
yang lainnya, sebenarnnya apa amanat yang terkandung didalamnya. Amanat yang
terkandung didalam lagu jago kluruk
mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang di berikan oleh Yang
Maha Kuasa yang telah menciptakan alam, suasana dan keadaan pada pagi hari
tersebut dan untuk kita yang berada di pedesaan patut bersyukur karna kita bisa
menikmati anugrah dan nikmat yang begitu indahnya padahal masih di pagi hari.
5. Sapi
Lagu
dolanan Jawa yang berdujul sapi
memang jarang sekali terdengar apalagi digunakan anak-anak sebagai pengiring
dari permainannya. Lagu sapi hanya
sebagai lagu dolanan yang dinyanyikan saja. Seperti halnya kebanyakan lagu yang
tidak memiliki gerak khusus yang diiringi oleh lagu yang khusus pula. Pelaku
yang biasanya menyanyikan lagu ini adalah anak-anak kecil, yang mulanya dari
orang tua dan diajarkan kepada anak-anaknya.
Tedjohadisumanto
(1958: vii) berpendapat, bahwa lagu dolanan anak Jawa bisa menggugah minat,
sehingga timbullah semangat baru karena di dalamnya berisi pitutur (ajaran/moral) yang
baik. Tetapi nilai-nilainya bukan menjadi fokus utama dalam sebuah lagu dolanan
jawa. Apalagi anak-anak umumnya belum mengenal dan mengetahui nilai amanat
tersebut dengan sadar.
Begitu
juga dengan lagu sapi, lagu ini
mempunyai nilai yang berupa amanat yang terkandung didalamnya. Berikut ini teks
syair lagu sapi beserta terjemahannya :
Sapi nggeret grobak
gedhe
Sapi nggeret grobak
gedhe
Mendah abote
Mendah kesele
Leren, leren, leren
ndisik
Mengko tak pakani dami
Sapi gaweyanmu aji
Sapi mitrane pak tani
Nadyan rekasa
Tan sambat lara
Ayo sapi trus makarti
Nyata labuhmu maedahi
Jika di terjemahkan
kedalam bahasa Indonesia, maka maknanya adalah :
Sapi
menarik grobak besar
Sapi
menarik grobak besar
Supaya
beratnya
Supaya
lelahnya
Istirahat
(2x) istirahat terlebih dahulu
Nanti
dikasih makan berupa jerami
Sapi
pekerjaanmu terhormat
Sapi
temannya pak tani
Walaupun
berusaha keras
Tidak
pernah mengeluh sakit
Ayo
sapi terus berkarya
Ternyata
kerjamu bermanfaat
Jika
disimpulkan makna yang telah di tuliskan dalam bahasa Indonesia diatas juga
mempunyai pesan amanat yang bisa diambil. Misalkan dari keseluruhan ceritanya
tersebut menceritakan tentang kerja keras hewan peliharaan pak tani yaitu sapi, yang selalu membantu pak tani
tanpa lelah dan tidak pernah mengeluh atas apa yang di kerjakannya, memang jika
dilihat hewan mana yang bisa mengeluh, mungkin ada tetapi tidak dengan
kata-kata tetapi dengan tingkah lakunya. Amanat yang bisa kita ambil adalah
dengan melakukan semua pekerjaan dengan ikhlas tanpa mengeluh sedikitpun karna
apa yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan jika dilakukan
dengan ikhlas.
Demikianlah lagu dolanan jawa yang
berjudul sapi dengan makna dan pesan yang terkandung didalamnya. Kita sebagai
makhluk Tuhan bisa mengambil amanat yang lain, walaupun manusia dan hewan
mempunyai tingkatan yang berbeda, tetapi jangan pernah meremehkan satu sama
lain.
DAFTAR PUSTAKA
2007 Foklor Indonesia, danandjaja james. Jakarta, Grafiti, Cetakan ketiga.
2005 Tradisi Lisan Jawa, Endraswara suwardi.
Yogyakarta, Narasi.
Yo
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus