Senin, 09 Desember 2013

Lagu Dolanan Jawa dan Amanat yang terkandung didalamnya


LAGU DOLANAN JAWA
DAN
PESAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

1.      Dongengan
Suku jawa mempunyai banyak kebudayaan yang khas yang berbeda dengan kebudayaan yang di miliki oleh daerah lainnya. Sistem budayanya menggunakan simbol atau lambang-lambang , dimana lambang – lambang tersebut memiliki pesan atau nasihat- nasihat tertentu bagi bangsanya. Sebagai contoh kebudayaannya adalah nyanyian rakyat. Nyanyian rakyat merupakan sastra lisan yang awal mulanya terbentuk dari tradisi lisan. Nyanyian rakyat kebanyakan di gunakan oleh suku jawa kalangan anak-anak yang biasanya kita sebut dengan lagu-lagu dolanan. Kebudayaan jawa sangat kaya akan lagu-lagu dolanan jawanya, sebagai contohnya lagu cublak-cublak suweng, jamuran, jaranan, bocah di nyadolan, dongengan dan masih basih banyak lagi yang lainnya. Lagu-lagu dolanan lebih sering di nyanyikan oleh anak-anak pada malam hari, terutama pada malam bulan purnama. Di sertai dengan gerak- gerik tertentu dari dolanan yang di mainkan, anak-anak juga menjadikan lagu-lagu dolanan jawa tersebut sebagai pengiring dolanannya.
Salah satu lagu dolanannya adalah lagu Dongengan. Lagu dongengan merupakan salah satu lagu dolanan yang terdapat di Tanah Jawa, Jawa Tengah khususnya. Meskipun tidak banyak yang mengetahui lagu ini, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa lagu dongengan merupakan lagu dolanan yang berasal dari Jawa. Terlihat dari bahasa yang terdapat pada syairnya, lagu dongengan menggunakan bahasa Jawa. Lagu dongengan termasuk ke dalam lagu dolanan yang tidak memiliki gerakan yang khusus dalam menyanyikannya. Tidak seperti lagu jamuran, cublak-cublak suweng dan gotri nagasari yang mempunyai gerakan-gerakan tertetu yang dilakukan ketika lagu tersebut dinyanyikan.
Lagu dongengan hampir mirip dengan lagu dolanan jago kluruk dan gugur gunung, yang lagunya hanya sekedar menjadi lagu yang dinyanyikan oleh orang tua pada saat menemani anaknya menjelang tidur. Lagu ini bisa disebut juga sebagai lagu pengantar tidur seperti lagu nina bobo atau nyanyian kelonan, yakni lagu yang mempunyai irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan rasa santai, sejahtera, dan akhirnya rasa kantuk pada anak yang mendengarkannya (James Danandjaja, 1984). Walaupun hanya sebagai lagu pengantar tidur tetapi  banyak anak-anak yang menghafal dan bisa menirukan lagu dongengan tersebut. Hal itu dikarenakan daya ingat anak-anak sangat kuat, sehingga mereka bisa menghafal syair lagunya. Tidak jarang juga, orang tua yang sengaja mengajarkan lagu dongengan ini kepada anak-anaknya agar anak-anaknya selalu mengingat Ayah dan Ibunya disaat mereka menjelang tidur. Apalagi jika kita lihat syair lagu dongengan, pada syairnya jika kita alih bahasa ke dalam bahasa Indonesia tersurat bahwa “ dari dulu bapaknya selalu menceritakan berbagai macam cerita ketika ia menjelang tidur” . Syair tersebut jelas mengharapkan anak untuk tetap mengingat bahwa dari dulu sampai sekarang bapaknya selalu bercerita tentang banyak hal. Dibawah ini teks syair lagu dongengan :
Wiwit mbiyen saben arep mapan turu
Ora lali bapak andongengi aku
Satu kewan uga sakehing tanduran      
Gundul pringis genderwo nganti pocongan
                 Kanca kabeh yo pada bareng dolanan
                 Aneng latar dasare padang rembulan
                 Endah tenan gegojegan tetembangan
                 Gobak sodor, umpetan lan macapatan
                 Apabila syair diatas kita artikan ke dalam bahasa Indonesia, akan menjadi :
Dari dulu setiap menjelang tidur
Tidak lupa ayah bercerita kepadaku
Satu hewan juga banyak tumbuh-tumbuhan
Gundul pringis, genderwo sampai pocong ( nama-nama setan)
Teman semua ayo kita bermain bersama
Di halaman, memang terang terkena bulan purnama
Indah sekali bertingkah dan bernyanyi
Gobak sodor, petak umpet dan macapatan
            Semua kebudayaan atau karya yang masuk ke dalam ranah sastra lisan perlu kita ketahui apa makna dari setiap kata dan apa tujuan di ciptakannya karya atau kebudayaan tersebut. seperti lagu dolanan jawa misalnya, bisa kita pastikan bahwa dalam syair-syairnya mengandung makna yang di gunakan sebagai sarana penyampaian pesan atupun nasihat-nasihat  dari pengarangnya, walaupun di dalam sastra lisan tidak diketahui siapa pengarang karya –karya tersebut. Dibawah ini beberapa lagu dolanan jawa di sajikan beserta makna dari setiap syair dan amanatnya yang di ambil dari berbagai sumber
 .
2.    Jamuran
Jamuran merupakan judul lagu sekaligus nama permainan atau dolanan jawa yang sering di mainkan oleh anak-anak pada zaman dahulu. Lagu ini biasa di nyanyikan dengan gerakan-gerakan yang sederhana. Dikalangan masyarakat jawa lagu jamuran sudah tidak asing lagi karena termasuk lagu dolanan jawa yang terkenal. Permainannya lebih sering di mainkan oleh 4-12 anak dengan umur antara 6 sampai dengan 13 tahun. Pemain jamuran bisa laki-laki atau perempuan bahkan ada yang pemainya campuran. Jamuran biasanya di lakukan pada waktu sore atau malam hari pada saat bulan purnama. Permainan jamuran tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, jamuran hanya membutuhkan tanah lapang yang luas.
Cara permainannya sangat mudah, misalkan yang memainkannya ada 10 anak ( A B C D E F G H I J), setelah itu di undi dengan cara pingsut, dari hasil pingsut (hompimpa) siapa yang kalah akan dadi. Semisal yang kalah adalah J dan artinya J yang akan jadi dan A B C D E F G H I akan membentuk barisan yang melingkar, dan J berada di tengah. Setelah itu permainan di mulai dengan gerakan A-I berjalan melingkar memutari J dengan menyanyikan lagu Jamuran tersebut. setelah nyanyian selesai dengan syair terakhirnya adalah semprat semprit jamur apa? Dan J menjawab pertanyaan dari teman-teman yang memutarinya. Seperti contohnya J menjawab jamur kethèk mènèk, lalu semua yang mengelilingi J harus menirukan gaya kethèk, apabila ada anak yang tidak bisa menirukan gaya kethèk, maka secara tidak langsung anak tersebut dadi dan begitu seterusnya.
Begitulah cara permainannya hanya sesederhana itu, tetapi pada masa sekarang sudah jarang anak-anak yang memainkan permainan tersebut bahkan mengetahui cara permainannyapun  tidak. Hal tersebut di karenakan zaman sekarang anak-anak lebih menyukai permainan yang modern di bandingkan dengan permainan tradisional, padahal di dalam permainan tradisional terutama pada lagu dolanannya mempunyai pesan atau nasehat-nasehat yang mampu mempengaruhi pembentukan karakter. Begitu juga pada lagu dolanan jamuran.
Lagu dolanan jawa terdiri dari dua unsuur penting, yaitu nada atau lagu dan kata-kata atau syairnya. Lagu dolanan jawa bisa kita sebut sebagai bentuk puisi yang di lagukan. Apabila di lihat dari kata-kata atau syairnya tersebut jika diinterprestasikan, kata-kata pada teks puisi tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan atau nasehat-nasehat tertentu yang bertujuan sebagai ajaran untuk mengatur tingkah laku, perbuatan dan kebiasaan yang dianggap baik ataupun buruk oleh masyarakat yang bersangkutan ataupun oleh pengarangnya sendiri. Terkadang kata- kata pada syair lagu dolanan tidak bisa langsung di mengerti oleh para pelantun atau para pendengarnya, seperti lagu jamuran itu sendiri. Lagu jamuran ternyata mempunyai makna dari setiap kata-kata pada syairnya. Dibawah ini makna dari lagu jamuran :

Jamuran ya ge ge thok                        (jamurannya ya dibuat pura-pura)
Jamur apa ya ge ge thok                     (jamur apa ya dibuat pura-pura)
Jamur gajih mbejijih sa ara-ara         (jamur gajih mengotori seluruh lapangan)
Semprat-semprit jamur opo                 (melesat cepat jamur apa)

Pada baris pertama dengan syair Jamuran ya ge ge thok, jika kita lihat pengertiannya dalam bahasa Indonesia jamurnya ya di buat pura-pura. Di sesuiakan dengan permainannya bahwa gaya jamur yang akan di praktekan pada permainannya hanya tiruan saja. Baris keduanya Jamur apa ya ge ge thok, jamur apa ya di buat pura-pura. Bila kita sambungkan dengan syair pada baris pertamanya dengan jamur yang akan di praktekan hanyalah tiruan jamur yang sebenarnya dan berfikir dengan mengucapkan jamur apa ya yang akan di buat pura-pura. Jamur gajih mengotori seluruh lapangan menjadi arti dari syair pada baris ketiga yaitu Jamur gajih mbejijih sa ara-ara, jika dijelaskan, apabila memilih jamur gajih akan mengotori seluruh lapangan, tetapi kata-kata tersebut hanyalah sebuah kiasan saja, tidak akan terjadi pada kenyataannya karena itu hanya permainan menirukan gaya jamur saja. Pada baris keempat dengan syair Semprat-semprit jamur apa? Merupakan sebuah pertanyaan yang di ujarkan oleh pemain yang berputar mengitari pemain yang dadi dan di tujukan kepada pemain yang dadi tersebut, jika kita artikan dalam bahasa Indnesia melesat jamur apa.
Pengertian dari syair setiap barisnya hanya di sesuaikan dengan permainannya saja. Apalagi jika disambungkan dari baris satu sampai baris terakhir. Pengertiannya juga denotatif, jelas-jelas maknanya hanya untuk kepentingan mengiringi permainan anak-anak saja. Syairnya hanya jamurnya ya di buat pura-pura, jamur apa yang akan di buat pura-pura, jamur gajih akan mengotori seluruh lapangan, dan baris terakhirnya melesat jamur apa, yang mendiskripsikan bahwa permainan jamuran hanya permainan pura-pura menirukan bentuk –bentuk jamur dan diakhiri dengan pertanyaan kepada anak yang dadi.
Lagu dolanan jamuran juga mempunyai pesan atau nasehat yang terkandung didalamnya. Ada beberapa sumber yang mengesensikan bahwa dalam lagu dolanan jawa dan permainannya mengajarkan kepada anak-anak bahwa hidup di dunia ini terdapat berbagai aturan yang harus di patuhi. Terlihat pada permainannya, pemain yang mengitari pemain yang dadi harus mematuhi apa yang di perintahkan atau diminta oleh pemain yang dadi untuk menirukan gaya jamur yang di sebutkan oleh pemain yang dadi. Para pemain yang mengitari juga mematuhi perintah dari pemain yang dadi secara kompak, itu artinya semua yang mempunyai aturan harus mematuhi peraturan tersebut dan dalam mematuhinya harus bersama-sama artinya semuanya harus mematuhi aturan yang sudah ditetapkan
.
3.      Gek Kepriye
Seperti halnya lagu dolanan jawa yang berjudul jamuran, dongengan, lir-ilir, gotrinagasari, dan lain sebagainya, lagu kebudayaan yang khas dari Tanah Jawa yang lainnya adalah lagu “Gek Kepriye”. Lagu gek kepriye mempunyai syair yang sangat apa adanya, dengan menggunakan kata-kata yang sangat mudah di fahami oleh kebanyakan orang Jawa. Jika disimpulkan dalam cerita, syair dari lagu gek kepriye itu sedang dinyanyikan oleh seorang anak yang sering diejek oleh teman-temannya karena anak tersebut bukan anak dari orang kaya dan akhirnya anak tersebut mempunyai keyakinan bahwa suatu saat nanti si anak pasti bisa menjunjung derajat negara menjadi negara yang makmur, meskipun pada saat itu si anak selalu diejek oleh teman-teman yang tidak suka kepada si anak, dengan menyanyikan lagu gek kepriye lah si anak mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
Tidak berbeda dengan lagu dongengan, lir-ilir, gundul pacul, kupu kuwi, dan lain-lain, lagu gek kerpiye juga termasuk lagu tradisional Jawa yang termasuk dalam jenis nyanyian rakyat. Seperti lagu dolanan Jawa yang lain, lagu gek kepriye juga dinyanyikan oleh anak-anak. Fungsinya hanya sebagai nyanyian saja, tidak seperti lagu dolanan jawa yang lain yang mempunyai gerakan-gerakan khusus yang dimainkan dengan di iringi lagu gek kepriye tersebut. Lagu gek kepriye merupakan lagu yang cukup panjang jika dibandingkan dengan lagu jamuran atau lagu menthok-menthok yang syairnya hanya beberapa baris saja. Meskipun syairnya panjang, tetapi di dalam syairnya hanya menggunakan kata-kata yang mudah saja, misalkan kata “ pye “ yang di ulang beberapa kali, dengan kata “ pye “ yang di ulang tersebut, menjadikan lagu gek kepriye mempunyai syair yang panjang, jika dituliskan dalam teks seperti di bawah ini :
Duh kaya ngene rasane                   duh seperti ini rasanya
Anake wong ora duwe                    
jadi anaknya orang miskin
Ngalor ngidul tansah diece           
kemana-mana selalu diejek
Karo kanca kancane                       
oleh teman-temannya
Pye pye pye pye ya ben rasakna       bagaimana (4x) ya biyar dirasakan
Pye pye pye pye rasakna dewe        
bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Pye pye pye pye ya ben rasakna     
bagaimana (4x) ya biyar dirasakan
Pye pye pye pye rasakna dewe        
bagaimana (4x) dirasakan sendiri
Besuk kapan aku bisa                      besok entah kapan waktunya aku bisa
Urip kang luwih mulya                   
hidup yang lebih mulia
Melu nyunjung drajating bangsa   
ikut menjunjung drajat bangsa
Indonesia kang mulya                    
indonesia yang mulia
Pye pye pye pye mbuh ra weruh      bagaiman (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti      
bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra weruh     
bagaiman (4x) tidak tahu, tidak mengetahui
Pye pye pye pye mbuh ra ngerti      
bagaimana (4x) tidak tahu, tidak mengetahui

Dari syair lagu gek kepriye yang sudah disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, juga bisa kita simpulkan bahwa lagu tersebut mempunyai amanat, jika kita menjadi anak orang miskin dan diejek oleh teman, bukan berarti kita patah semangat, kita memang boleh merasakan dan mengakui keadaan, tetapi bukan berarti kita hanya marah dan bersedih hati saja, tetapi kita juga harus berkeyakinan bahwa nantinya kita bisa membuktikan bahwa anak dari orang miskin bukan berarti tidak mempunyai kemampuan yang lebih dan hanya menjadi bahan ejekan, tetapi bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Bisa disimpulkan pula, ketika kita diejek maka ejekan tersebut akan menjadi pendorong atau motivasi untuk kita dalam melakukan segala sesuatu.
4.      Jago Kluruk
Ada lagi salah satu lagu dolanan yang berasal dari Jawa Tengah. Lagu yang  menggambarkan peradapan, keadaan atau suasana kehidupan di pedesaan ini mempunyai judul “Jago Kluruk. Lagu ini termasuk kedalam jenis lagu yang sekedar dinyanyikan saja. Walaupun hanya dinyanyikan saja, tetapi lagu jago kluruk mempunyai waktu khusus dalam menyanyikannya. Sesuai dengan syairnya, lagu jago kluruk di nyanyikan pada saat pagi hari, mungkin banyak yang menyanyikannya pada siang atau malam hari, tetapi lagu ini sangat cocok dinyanyikan di pagi hari. Suasananya yang sejuk dan asri, sangat mendukung jika lagu jago kluruk dinyanyikan di pagi hari, saat matahari mulai terlihat dan mulai meninggi.
Berikut ini adalah teks lagu dolanan “Jago Kluruk” :

Ing wayah esuk, jagone kluruk
Rame swarane pating kemruyuk
Wadhuh senenge sedulur tani
Bebarengan padha nandur pari
Srengenge nyunar kulon prenahe
Manuke ngoceh ana wit-witan
Paling cemruwit rame swarane
Tambah asri donya saisine
           
                        Maknanya jika di artikan dalam bahasa Indonesia seperti di bawah ini :

Di waktu pagi ayam jagonya berkokok
Ramai suaranya saling bergerombol
Senang sekali para petani
Bersama-sama menanam padi
Matahari bersinar di sebelah timur
Burungnya berkicau di pepohonan
Ramai berkicau indah suaranya
Menambah keindahan alam seisinya

Lagu dolanan tersebut memberikan pengetahuan pada anak tentang suasana pedesaan dan para petani. Generasi muda pada masyarakat Jawa sekarang sudah banyak yang tidak mengetahui suasana pedesaan dan kehidupan para petani terutama yang tinggal di perkotaan. Lagu tersebut memberikan gambaran suasana pedesaan di pagi hari, dimana para penduduknya selain bertani juga memiliki ternak ayam. Petani menanam pagi pada pagi hari dibarengi kicauan burung yang menambah indah suasana alam seisinya.
Walaupun pada zaman sekarang sudah sulit untuk menemui suasana yang seperti itu lagi, tetapi dengan perantara lagu jago kluruk ini, semua yang mengetahui lagu ini akan merasakan bagaimana suasana di kawasan pedesaan di waktu pagi hari. Lagu jago kluruk juga bisa dikategorikan jenis nyanyian rakyat yang termasuk nyanyian kerja (working song), yakni nyanyian rakyat yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah atau rasa semangat untuk bekerja (James Danandjaja, 1984).
Syair lagu jago kluruk jika kita nyanyikan di pedesaan, pada baris ke-3 dan ke-4 dalam bahasa Indonesianya Senang sekali para petani dan Bersama-sama menanam  padi, secara tidak langsung menjadi penggugah para petani untuk selalu bersama- sama menanam padi, agar syair dalam lagu tersebut bukan hanya sekedar syair tetapi dalam kenyataannya itu ada, dan akan membuat si penyanyi merasa senang ketika melihat pak tani sedang bekerja bersama-sama dan membuat si penyanyi selalu menyanyikan lagu tersebut.
Ketika kita menyanyikannya dan mengajarkannya kepada teman, anak, cucu atau kepada yang lainnya, sebenarnnya apa amanat yang terkandung didalamnya. Amanat yang terkandung didalam lagu jago kluruk mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang di berikan oleh Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan alam, suasana dan keadaan pada pagi hari tersebut dan untuk kita yang berada di pedesaan patut bersyukur karna kita bisa menikmati anugrah dan nikmat yang begitu indahnya padahal masih di pagi hari.

5.      Sapi
Lagu dolanan Jawa yang berdujul sapi memang jarang sekali terdengar apalagi digunakan anak-anak sebagai pengiring dari permainannya. Lagu sapi hanya sebagai lagu dolanan yang dinyanyikan saja. Seperti halnya kebanyakan lagu yang tidak memiliki gerak khusus yang diiringi oleh lagu yang khusus pula. Pelaku yang biasanya menyanyikan lagu ini adalah anak-anak kecil, yang mulanya dari orang tua dan diajarkan kepada anak-anaknya.
Tedjohadisumanto (1958: vii) berpendapat, bahwa lagu dolanan anak Jawa bisa menggugah minat, sehingga timbullah semangat baru karena di dalamnya berisi pitutur (ajaran/moral) yang baik. Tetapi nilai-nilainya bukan menjadi fokus utama dalam sebuah lagu dolanan jawa. Apalagi anak-anak umumnya belum mengenal dan mengetahui nilai amanat tersebut dengan sadar.
Begitu juga dengan lagu sapi, lagu ini mempunyai nilai yang berupa amanat yang terkandung didalamnya. Berikut ini teks syair lagu sapi beserta terjemahannya :

Sapi nggeret grobak gedhe
Sapi nggeret grobak gedhe
Mendah abote
Mendah kesele
Leren, leren, leren ndisik
Mengko tak pakani dami
            Sapi gaweyanmu aji
            Sapi mitrane pak tani
            Nadyan rekasa
            Tan sambat lara
            Ayo sapi trus makarti
            Nyata labuhmu maedahi

Jika di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, maka maknanya adalah :

Sapi menarik grobak besar
Sapi menarik grobak besar
Supaya beratnya
Supaya lelahnya
Istirahat (2x) istirahat terlebih dahulu
Nanti dikasih makan berupa jerami
Sapi pekerjaanmu terhormat
Sapi temannya pak tani
Walaupun berusaha keras
Tidak pernah mengeluh sakit
Ayo sapi terus berkarya
Ternyata kerjamu bermanfaat

            Jika disimpulkan makna yang telah di tuliskan dalam bahasa Indonesia diatas juga mempunyai pesan amanat yang bisa diambil. Misalkan dari keseluruhan ceritanya tersebut menceritakan tentang kerja keras hewan peliharaan pak tani yaitu sapi, yang selalu membantu pak tani tanpa lelah dan tidak pernah mengeluh atas apa yang di kerjakannya, memang jika dilihat hewan mana yang bisa mengeluh, mungkin ada tetapi tidak dengan kata-kata tetapi dengan tingkah lakunya. Amanat yang bisa kita ambil adalah dengan melakukan semua pekerjaan dengan ikhlas tanpa mengeluh sedikitpun karna apa yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan jika dilakukan dengan ikhlas.
            Demikianlah lagu dolanan jawa yang berjudul sapi dengan makna dan pesan yang terkandung didalamnya. Kita sebagai makhluk Tuhan bisa mengambil amanat yang lain, walaupun manusia dan hewan mempunyai tingkatan yang berbeda, tetapi jangan pernah meremehkan satu sama lain.


DAFTAR PUSTAKA

2007  Foklor Indonesia, danandjaja  james. Jakarta, Grafiti, Cetakan ketiga.

2005  Tradisi Lisan Jawa, Endraswara suwardi. Yogyakarta, Narasi.



2 komentar: