MAKALAH
MANUSIA
DALAM PRESPEKTIF AL – QUR’AN
Di
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen
Pengampu : Bapak Aang Kunaepi
Oleh:
Ari Priyantoko 2101412157
Lusiana 2611412001
Wiwik Retna Indrawati 3301412028
Eka Setyorini Agita 3301412124
Rombel 17
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “ Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an “. Harapan kita, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya serta Pendidikan Agama Islam pada khususnya.
Demikianlah
tugas makalah ini kami susun dari berbagai sumber, kami menyadari terdapat
masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa
Universitas Negeri Semarang serta Dosen yang terlibat dalam pembuatan makalah
ini, saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Asal-usul adanya manusia menurut
al-Quran adalah karena sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Pada
mulanya, dua insan ini hidup di surga. Namun, karena melanggar perintah Allah
maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi, sepasang manusia
ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di dunia baru itu.
Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Satu nilai lebih pada diri
manusia, yaitu dianugerahi pengetahuan.
Manusia dengan segala kelebihannya
kemudian ditetapkan menjadi khalifah dibumi ini. Dengan segala pengetahuan yang
diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan
dibanding makhluk Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Menjadi
menarik dari sini jika legitimasi kesempurnaan ini diterapkan pada model
manusia saat ini, atau manusia-manusia pada umumnya selain mereka para Nabi dan
orang-orang maksum. Sejak awal Allah menghendaki manusia untuk menjadi
hamba-Nya yang paling baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia
mengabaikan itu. Ini memperlihatkan bahwa pada diri manusia itu terdapat
potensi-potensi baik, namun karena potensi itu tidak didaya gunakan maka
manusia terjerebak dalam lembah kenistaan, bahkan terkadang jatuh pada
tingkatan di bawah hewan.
Dan dalam
makalah ini mencoba untuk mengungkapkan manusia dalam prespektif Al-Qur’an yang
di dalamnya mengenai definisi manusia, manusia dalam pandangan islam, karakter manusia, mengapa manusia membutuhkan
tuhan dan mengapa manusia membutuhkan agama.
B. Permasalahan
1. Bagaimana
definisi manusia menurut Al- Qur’an ?
2. Bagaimana
manusia menurut pandangan islam ?
3. Apa saja
karakteristik manusia ?
4. Mengapa
manusia menbutuhkan Tuhan ?
5. Mengapa
manusia membutuhkan Agama ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian manusia menurut Al-
Qur’an.
2.
Untuk mengetahui manusia menurut pandangan islam.
3.
Untuk mengetahui karakteristik manusia.
4.
Untuk mengetahui alasan mengapa manusia membutuhkan
Tuhan.
5.
Untuk mengetahui alasan mengapa manusia membutuhkan
agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Devinisi
Manusia Menurut Al –Qur’an
Adanya
manusia menurut Al -Qur’an adalah sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa.
Disebutkan bahwa, dua insan ini pada awalnya hidup di Surga. Namun, karena
melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke
bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil
-Nya di dunia baru itu.
Manusia adalah makhluk paling sempurna
yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah
manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk
Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Di dalam Al- Qur’an telah di
sebutkan bahwa manusia di ciptakan dari segumpal darah seperti firman Allah yang
artinya “
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” [1]
Di dalam kehidupannya di jelaskan pula bahwa manusia
itu tidaklah kekal, seperti dalam firman Allah SWT, Artinya: “Kami tidak
menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka
jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal ?. Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan “ [2] Dengan
memahami konsep manusia dari sudut pandang Penciptanya, diharapkan dapat
diambil manfaat yaitu munculnya kesadaran terhadap kebenaran firman-firman
Tuhan, yang pada gilirannya membentuk pandangan teosentris.
B. Manusia Menurut Pandangan Islam
Dalam definisi manusia menurut Al- Qur’an telah di jelaskan bahwa manusia
adalah makhluk yang di ciptakan oleh Allah SWT dan kedudukannya paling sempurna
dari makhluk-makhluk yang lain yang di Ciptakan- Nya. Menurut pandangan islam
kedudukan manusia itu sebagai Al-basyar, Al- insan dan Al- nas
yang telah di jelaskan dalam Al- Qur’an. Kata insan, basyar dan nas yang
dipakai dalam Al- Qur’an untuk sebutan manusia, bukan berarti menunjukkan
adanya dua jenis manusia, akan tetapi kata insan dan ba-syar pada dasarnya
menunjuk pada manusia yang tunggal dengan bi-dimensionalnya (dua dimensi),
dimensi insan pada kapasitas akalnya dan dimensi basyar pada kapasitas
tindakannya.
1. Al-
Basyar
Kata basyar dipakai dalam Alquran sangat terbatas,
antara lain untuk menunjukkan manusia pada umumnya seperti yang tampak pada
fisiknya yang bergantung sepenuhnya pada makan dan minum dari apa yang ada di
bumi. Maka bila diteliti dari arah ini, sebetulnya manusia merupakan bagian
dari alam materi, dan makhluk yang berkewajiban tunduk dan patuh pada kehendak
dan hukum-hukum alam atau sunnatullah. Aspek fisik itulah yang membuat
pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan.[3]
Berdasarkan konsep basyar, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis
lainnya.[4]
Manusia diciptakan
sebagai makhluk berpribadi yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur
perasaan, unsur akal (intelektual), dan unsur jasmani.Ketiga unsur ini berjalan
secara seimbang dan saling terkait antara satu unsur dengan unsur yang lain.
Maka Al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya
keseimbangan antara unsur-unsur, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur
akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsur jasmani terpenuhi
kebutuhannya.[5]
2.
Al-Insan
Al-Insan terbentuk dari kata نسي – ينسَ yang berarti lupa. Kata al-insan
dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat.
Penggunaan kata al-insân pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia
penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses
penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis
disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan
kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan
tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
Nilai psikis manusia sebagai al-insân yang dipadu wahyu Ilahiyah akan
membantu manusia dalam membentuk dirinya sesuai dengan nilai-nilai insaniah
yang terwujud dalam perpaduan iman dan amalnya. Sebagaimana firman Allah SWT
Artinya:
“kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.”[6]
3. Al-nas
Kata al-nas menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social dan
ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah
beriman atau kafir. Penggunaan kata al-nas lebih bersifat umum dalam
mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-insân. Kata al-nas juga
dipakai dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia
senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah SWT
dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya,
namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian
yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang
ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda,
yaitu sebagai makhluk yang mulia dam yang tercela.
C. Karakteristik Manusia
Di samping kedahsyatan penciptaan manusia dan struktur yang ada dalam
tubuhnya, manusia juga di anugerahi eberapa karakter buruk yang jika tidak di
obati, maka akan merugian manusia itu sendiri. Beberapa karakter manusia yang
di sebut dalam Al- Qur’an adalah :
1. Mengeluh dan Kikir
Seperti yang
telah di jelaskan dalam Al- Qur’an bahwa “sesungguhnya manusia di ciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir”.[7]
Di sadari atau tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat dia
tertimpa masalah atau di dalam kesempitan. Sedangkan kikir yangdalam bahasa
arab di sebut bkhil secara detil di uraikan dalam QS. Al- Isra : 100. Oleh
sebab itu, Rasulullah SAW menganjurkan agar kita selalu berdoa, “Allahumma
inni a’udzubika minal bukhli (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat
kikir).”
2.
Lemah
Dalam Al- Qur’an,
Allah mendeskripsikan dua kelemahan manusia, yaitu lemah secara fisik dan lemah
(dalam melawan) hawa nafsu buruk. “Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [8]
Menurut Syekh Nawawi Al-Bantany, tafsir “lemah” dalam Surah An-Nisaa’ itu
adalah lemah dalam melawan hawa nafsu.
3.
Zalim dan Bodoh
Seperti dalam penggalan QS. Al-
Ahzab : 72 yang artinya “ ... sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Kezaliman dan kebodohan manusia dalam
ayat di atas disebabkan karena rusak dan kotornya bumi, karena pertumpahan
darah dan ulah manusia itu sendiri yang tidak merawat bumi dan seisinya sesuai
dengan ketentuan Allah.
4.
Tidak Adil
Berlaku adil
adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti halnya Kaum Madyan yang tidak berlaku
adil, akhirnya diazab oleh Allah. Betapa pun sulitnya menghindari tabiat yang
sudah Allah lekatkan dalam diri manusia, dengan bertobat dan terus berdoa
kepada-Nya, niscaya Allah meminimalkan karakter buruk tersebut dari dalam diri
kita. Serta memenuhi hati kita dengan cahaya iman dan hidayah untuk semangat
dalam beribadah.
5.
Pasrah
pada Realitas dan Pasrah pada Tuhan
Kalau melihat praktek hidup, ada
model penerimaan yang “pasrah pada Tuhan” dan ada model penerimaan yang “pasrah
pada realitas”. Kita sering mengatakan pasrah pada Tuhan tetapi sebetulnya yang
kita praktekkan dari ungkapan itu adalah pasrah pada realitas. Padahal, antara
pasrah pada Tuhan dan pasrah pada realitas adalah dua hal yang sangat berbeda,
baik secara konsep, praktek dan hasil. Pasrah pada Tuhan artinya kita menaati apa yang
diperintahkan Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang Tuhan. Pasrah pada Tuhan
artinya kita mengikuti “suara-suara” Tuhan dalam menjalankan praktek usaha
dalam kehidupan. Pasrah pada Tuhan dalam menghadapi musibah itu artinya :
-
Mengantisipasi
agar musibah tidak terjadi atau tidak terulang lagi.
-
Menghadapinya
dengan cara-cara yang positif (ikhtiar).
-
Menjalankan
berbagai cara dan opsi (kreatif).
6.
Kalah oleh Kegagalan dan Menang
Melawan Kegagalan
Orang yang gagal adalah orang yang sudah
menciptakan opini bahwa dirinya tidak mungkin berhasil,, meyakini sudah pantas
gagal, dan menolak melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Orang
seperti ini menurut Profesor Schein disebut orang yang takut untuk berhasil
(Fear of Success). Orang yang menang melawan kegagalan adalah orang yang selalu
menjadikan suatu kegagalan sebagai acuan diri sehingga dia tidak takut untuk
mencoba dan terus berusaha sampai dia berhasil melawan kegagalannya itu dan
menjadi pemenang.
7.
Tangguh
Orang yang tangguh
bukanlah orang yang hanya sanggup bertahan secara pasif atas serangan nasib
buruk. Orang yang tangguh adalah orang yang sabar.
Sabar ini mengandung pengertian, yaitu :
-
Sabar
dalam arti kuat dalam melawan hal-hal yang membuat kita mundur atau amandek
(sabar atas maksiat).
Sabar
dalam arti kuat bertahan supaya tidak jatuh atau ambruk (sabar atas perintah
Tuhan).
-
Sabar
dalam arti kuat menunggu hasil akhir dari yang kita perjuangkan (sabar dalam
menaati hukum Tuhan).
D.
Manusia Membutuhkan Tuhan
Manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia
maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab
tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada
sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa
butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah
selalu merasa butuh.
Masalahnya adalah
bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada
Allah. Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari
pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga
kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada
Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan
hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir
dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita
kekuatan. Untuk itu dalam
setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu
mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan
diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu mengharapkan pertolongan
Allah. Dengan kita selalu ingat kepada Allah serta selalu beriman kepada kepada – NYA , semoga Allah mengangkat kita semua pada derajad
hamba-hambanya yang selalau merasa membutuhkan- Nya. Aamiin.
E
. Manusia Membutuhkan Agama
Dalam kehidupan manusia, agama merupakan hal yang terpenting untuk di
anut oleh setiap individu. Tanya kenapa? MengapaManusia Membutuhkan Agama?. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatankepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
1.
Agama moral
Dapat
disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkanoleh
sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral ber
dariagama. Agama menjadi moral, karena agama mengajarkan iman kepada
Tuhandan kehidupan akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
2.
Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang
bagaimana manusia
mesti mencapai kebenaran? Sebagai
jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di
berbagaimasa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi
terakhiryaitu Nabi Muhammad SAW. Para
nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untukdisampaikan kepada manusia.
Wahyu atau agama
inilah agama
Islam, dan ini pulasesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia
sejak dulu kala, yaitukebenaran yang mutlak dan universal.
3.
Agama pembimbing rohani bagi
manusia.
Hendaknya
orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang
menggembirakan dan tabah atausabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan.
Bersyukur di kala suka dan sabar di kala duka inilah sikap mental yang
hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman
selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia,
inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh
Nabi. Keadaan hidup seluruhnyaserba baik.
Bagaiman tidak
serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal " Jika
engkau bersyukur akan Aku tambahi".[9]
Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabardi kala duka, padahal dengan tabah di
kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari
dosa-dosanya,[10] atau bahkan
mendapat surga,[11] dan
sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan
menjalankan agama,
seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, "Setiap
orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit
syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah risau yang terus-menerus.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Manusia di ciptakan Allah dari sari
pati tanah yang kemudian di jadikan air mani yang di simpan dalam tempat yang
kokoh kemudian menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging lalu
menjadi tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu di bungkus dengan daging
kemudian di jadikan makhluk yang berbentuk.
2.
Dalam pandangan islam manusia
mempunyai kedudukan sebagai Al-basyar, Al- insan dan Al-nas.
3.
Manusia mempunyai beberapa
karakteristik, yaitu :
-
Mengeluh dan kikir.
-
Lemah.
-
Zalim dan bodoh.
-
Tidak adil.
-
Pasrah pada realitas dan pasrah pada
Tuhan.
-
Kalah dalam kegagalan dan menang melawan
kegagalan.
-
Tangguh.
4.
Manusia selalu membutuhkan Tuhan
karena Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kekuatan kepada
manusia.
5.
Manusia membutuhkan agama karena :
-
Agama sebagai moral.
-
Agama sebagai petunjuk kebenaran.
-
Agama sebagai pembimbing rohani bagi
manusia.
B.
Saran
1. Sebaiknya
kita sebagai umat beragama harus lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita
terhadap Allah.
2. Sebaiknya
dalam bertindak kita harus selalu mengingat Allah agar apa yang kita lakukan
tidak keluar dari syariat islam.
3. Kita
sebagai manusia hendaknya mengetahui bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT
sebagai khalifah di bumi untuk patuh dan tunduk kepada syariat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar