Kamis, 12 Desember 2013

Makalah PAI


MAKALAH
MANUSIA DALAM PRESPEKTIF AL – QUR’AN
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Bapak Aang Kunaepi
Oleh:
Ari Priyantoko                                   2101412157
Lusiana                                              2611412001
Wiwik Retna Indrawati                       3301412028
Eka Setyorini Agita                            3301412124

Rombel 17









UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR


            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di susun untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “ Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an “. Harapan kita, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendidikan pada umumnya serta  Pendidikan Agama Islam pada khususnya.
Demikianlah tugas makalah ini kami susun dari berbagai sumber, kami menyadari terdapat masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, kepada para mahasiswa Universitas Negeri Semarang serta Dosen yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, saya ucapkan terima kasih.









Penyusun

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Asal-usul adanya manusia menurut al-Quran adalah karena sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Pada mulanya, dua insan ini hidup di surga. Namun, karena melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil-Nya di dunia baru itu. Tugas yang amat berat untuk menjadi penjaga bumi. Satu nilai lebih pada diri manusia, yaitu dianugerahi pengetahuan.
Manusia dengan segala kelebihannya kemudian ditetapkan menjadi khalifah dibumi ini. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Menjadi menarik dari sini jika legitimasi kesempurnaan ini diterapkan pada model  manusia saat ini, atau manusia-manusia pada umumnya selain mereka para Nabi dan orang-orang maksum. Sejak awal Allah menghendaki manusia untuk menjadi hamba-Nya yang paling baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia mengabaikan itu. Ini memperlihatkan bahwa pada diri manusia itu terdapat potensi-potensi baik, namun karena potensi itu tidak didaya gunakan maka manusia terjerebak dalam lembah kenistaan, bahkan terkadang jatuh pada tingkatan di bawah hewan.
Dan dalam makalah ini mencoba untuk mengungkapkan manusia dalam prespektif Al-Qur’an yang di dalamnya mengenai definisi manusia, manusia dalam pandangan islam,  karakter manusia, mengapa manusia membutuhkan tuhan dan mengapa manusia membutuhkan agama.




B.   Permasalahan

1. Bagaimana definisi manusia menurut Al- Qur’an ?
2. Bagaimana manusia menurut pandangan islam ?
3. Apa saja karakteristik manusia ?
4. Mengapa manusia menbutuhkan Tuhan ?
5. Mengapa manusia membutuhkan Agama ?

C.   Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian manusia menurut Al- Qur’an.
2.      Untuk mengetahui manusia menurut pandangan islam.
3.      Untuk mengetahui karakteristik manusia.
4.      Untuk mengetahui alasan mengapa manusia membutuhkan Tuhan.
5.      Untuk mengetahui alasan mengapa manusia membutuhkan agama.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Devinisi Manusia Menurut Al –Qur’an
Adanya manusia menurut Al -Qur’an adalah sepasang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Disebutkan bahwa, dua insan ini pada awalnya hidup di Surga. Namun, karena melanggar perintah Allah maka mereka diturunkan ke bumi. Setelah diturunkan ke bumi, sepasang manusia ini kemudian beranak-pinak, menjaga dan menjadi wakil -Nya di dunia baru itu.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala pengetahuan yang diberikan Allah manusia memperoleh kedudukannya yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk Allah yang lainnya, bahkan Malaikat sekalipun. Di dalam Al- Qur’an telah di sebutkan bahwa manusia di ciptakan dari segumpal darah seperti firman Allah yang artinya “ Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” [1]
Di dalam kehidupannya di jelaskan pula bahwa manusia itu tidaklah kekal, seperti dalam firman Allah SWT, Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal ?. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan  hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan “ [2] Dengan memahami konsep manusia dari sudut pandang Penciptanya, diharapkan dapat diambil manfaat yaitu munculnya kesadaran terhadap kebenaran firman-firman Tuhan, yang pada gilirannya membentuk pandangan teosentris.

B.   Manusia Menurut Pandangan Islam
Dalam definisi manusia menurut Al- Qur’an telah di jelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang di ciptakan oleh Allah SWT dan kedudukannya paling sempurna dari makhluk-makhluk yang lain yang di Ciptakan- Nya. Menurut pandangan islam kedudukan manusia itu sebagai Al-basyar, Al- insan dan Al- nas yang telah di jelaskan dalam Al- Qur’an. Kata insan, basyar dan nas yang dipakai dalam Al- Qur’an untuk sebutan manusia, bukan berarti menunjukkan adanya dua jenis manusia, akan tetapi kata insan dan ba-syar pada dasarnya menunjuk pada manusia yang tunggal dengan bi-dimensionalnya (dua dimensi), dimensi insan pada kapasitas akalnya dan dimensi basyar pada kapasitas tindakannya.
1.      Al- Basyar
Kata basyar dipakai dalam Alquran sangat terbatas, antara lain untuk menunjukkan manusia pada umumnya seperti yang tampak pada fisiknya yang bergantung sepenuhnya pada makan dan minum dari apa yang ada di bumi. Maka bila diteliti dari arah ini, sebetulnya manusia merupakan bagian dari alam materi, dan makhluk yang berkewajiban tunduk dan patuh pada kehendak dan hukum-hukum alam atau sunnatullah. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak turun Adam secara keseluruhan.[3] Berdasarkan konsep basyar, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya.[4]
Manusia diciptakan sebagai makhluk berpribadi yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur perasaan, unsur akal (intelektual), dan unsur jasmani.Ketiga unsur ini berjalan secara seimbang dan saling terkait antara satu unsur dengan unsur yang lain. Maka Al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan antara unsur-unsur, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsur jasmani terpenuhi kebutuhannya.[5]
2.      Al-Insan
Al-Insan terbentuk dari kata نسي – ينسَ yang berarti lupa. Kata al-insan dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insân pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
Nilai psikis manusia sebagai al-insân yang dipadu wahyu Ilahiyah akan membantu manusia dalam membentuk dirinya sesuai dengan nilai-nilai insaniah yang terwujud dalam perpaduan iman dan amalnya. Sebagaimana firman Allah SWT Artinya:
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”[6]
3.      Al-nas
Kata al-nas menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan kata al-nas lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al-insân. Kata al-nas juga dipakai dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dam yang tercela.




C.   Karakteristik Manusia
Di samping kedahsyatan penciptaan manusia dan struktur yang ada dalam tubuhnya, manusia juga di anugerahi eberapa karakter buruk yang jika tidak di obati, maka akan merugian manusia itu sendiri. Beberapa karakter manusia yang di sebut dalam Al- Qur’an adalah :
1.    Mengeluh dan Kikir
Seperti yang telah di jelaskan dalam Al- Qur’an bahwa “sesungguhnya manusia di ciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”.[7] Di sadari atau tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat dia tertimpa masalah atau di dalam kesempitan. Sedangkan kikir yangdalam bahasa arab di sebut bkhil secara detil di uraikan dalam QS. Al- Isra : 100. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW menganjurkan agar kita selalu berdoa, “Allahumma inni a’udzubika minal bukhli (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir).”

2.                Lemah
Dalam Al- Qur’an, Allah mendeskripsikan dua kelemahan manusia, yaitu lemah secara fisik dan lemah (dalam melawan) hawa nafsu buruk. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [8] Menurut Syekh Nawawi Al-Bantany, tafsir “lemah” dalam Surah An-Nisaa’ itu adalah lemah dalam melawan hawa nafsu.

3.                Zalim dan Bodoh
Seperti dalam penggalan QS. Al- Ahzab : 72 yang artinya “ ... sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Kezaliman dan kebodohan manusia dalam ayat di atas disebabkan karena rusak dan kotornya bumi, karena pertumpahan darah dan ulah manusia itu sendiri yang tidak merawat bumi dan seisinya sesuai dengan ketentuan Allah.
4.                Tidak Adil
Berlaku adil adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya Kaum Madyan yang tidak berlaku adil, akhirnya diazab oleh Allah. Betapa pun sulitnya menghindari tabiat yang sudah Allah lekatkan dalam diri manusia, dengan bertobat dan terus berdoa kepada-Nya, niscaya Allah meminimalkan karakter buruk tersebut dari dalam diri kita. Serta memenuhi hati kita dengan cahaya iman dan hidayah untuk semangat dalam beribadah.
5.                Pasrah pada Realitas dan Pasrah pada Tuhan
Kalau melihat praktek hidup, ada model penerimaan yang “pasrah pada Tuhan” dan ada model penerimaan yang “pasrah pada realitas”. Kita sering mengatakan pasrah pada Tuhan tetapi sebetulnya yang kita praktekkan dari ungkapan itu adalah pasrah pada realitas. Padahal, antara pasrah pada Tuhan dan pasrah pada realitas adalah dua hal yang sangat berbeda, baik secara konsep, praktek dan hasil. Pasrah pada Tuhan artinya kita menaati apa yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang Tuhan. Pasrah pada Tuhan artinya kita mengikuti “suara-suara” Tuhan dalam menjalankan praktek usaha dalam kehidupan. Pasrah pada Tuhan dalam menghadapi musibah itu artinya :
-          Mengantisipasi agar musibah tidak terjadi atau tidak terulang lagi.
-          Menghadapinya dengan cara-cara yang positif (ikhtiar).
-          Menjalankan berbagai cara dan opsi (kreatif).
6.      Kalah oleh Kegagalan dan Menang Melawan Kegagalan
 Orang yang gagal adalah orang yang sudah menciptakan opini bahwa dirinya tidak mungkin berhasil,, meyakini sudah pantas gagal, dan menolak melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Orang seperti ini menurut Profesor Schein disebut orang yang takut untuk berhasil (Fear of Success). Orang yang menang melawan kegagalan adalah orang yang selalu menjadikan suatu kegagalan sebagai acuan diri sehingga dia tidak takut untuk mencoba dan terus berusaha sampai dia berhasil melawan kegagalannya itu dan menjadi pemenang.
7.      Tangguh
 Orang yang tangguh bukanlah orang yang hanya sanggup bertahan secara pasif atas serangan nasib buruk. Orang yang tangguh adalah orang yang sabar.

Sabar ini mengandung pengertian, yaitu :
-          Sabar dalam arti kuat dalam melawan hal-hal yang membuat kita mundur atau amandek (sabar atas maksiat).
Sabar dalam arti kuat bertahan supaya tidak jatuh atau ambruk (sabar atas perintah Tuhan).
-          Sabar dalam arti kuat menunggu hasil akhir dari yang kita perjuangkan (sabar dalam menaati hukum Tuhan).
D.   Manusia Membutuhkan Tuhan

Manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah selalu merasa butuh.
Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada Allah. Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan. Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu mengharapkan pertolongan Allah. Dengan kita selalu ingat kepada Allah serta selalu beriman kepada  kepada – NYA , semoga  Allah mengangkat kita semua pada derajad hamba-hambanya yang selalau merasa membutuhkan- Nya. Aamiin.




E . Manusia Membutuhkan Agama
Dalam kehidupan manusia, agama merupakan hal yang terpenting untuk di anut oleh setiap individu. Tanya kenapa? MengapaManusia Membutuhkan Agama?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatankepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

1.      Agama moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkanoleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral ber dariagama. Agama menjadi moral, karena agama mengajarkan iman kepada Tuhandan kehidupan akhirat, serta karena adanya perintah dan larangan dalam agama.

2.       Agama Petunjuk Kebenaran
Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran?  Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagaimasa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhiryaitu Nabi Muhammad SAW.  Para nabi dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untukdisampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pulasesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitukebenaran yang mutlak dan universal.

3.      Agama pembimbing rohani bagi manusia.
Hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atausabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala suka dan sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup seluruhnyaserba baik.

Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal " Jika engkau bersyukur akan Aku tambahi".[9] Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabardi kala duka, padahal dengan tabah di kala duka ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya,[10] atau bahkan mendapat surga,[11] dan sebagainya. Bahkan ada pula keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang dikatakan oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, "Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama, tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah risau yang terus-menerus.




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.         Manusia di ciptakan Allah dari sari pati tanah yang kemudian di jadikan air mani yang di simpan dalam tempat yang kokoh kemudian menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging lalu menjadi tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu di bungkus dengan daging kemudian di jadikan makhluk yang berbentuk.
2.         Dalam pandangan islam manusia mempunyai kedudukan sebagai Al-basyar, Al- insan dan Al-nas.
3.         Manusia mempunyai beberapa karakteristik, yaitu :
-                      Mengeluh dan kikir.
-                      Lemah.
-                      Zalim dan bodoh.
-                      Tidak adil.
-                      Pasrah pada realitas dan pasrah pada Tuhan.
-                      Kalah dalam kegagalan dan menang melawan kegagalan.
-                      Tangguh.
4.         Manusia selalu membutuhkan Tuhan karena Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kekuatan kepada manusia.
5.         Manusia membutuhkan agama karena :
-                      Agama sebagai moral.
-                      Agama sebagai petunjuk kebenaran.
-                      Agama sebagai pembimbing rohani bagi manusia.
B.   Saran
1.      Sebaiknya kita sebagai umat beragama harus lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah.
2.      Sebaiknya dalam bertindak kita harus selalu mengingat Allah agar apa yang kita lakukan tidak keluar dari syariat islam.
3.      Kita sebagai manusia hendaknya mengetahui bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi untuk patuh dan tunduk kepada syariat islam.


DAFTAR PUSTAKA
















                                                                                                                             





                                                           


[1] QS. Al-Mukminûn: 12-13
[2] QS. Al-Anbiyaa (21): 34-35

[3] Aisyah Bintu Syati, (1999: 2)
[4] Jalaluddin (2003: 19)
[5] Ahmad Azhar Basyir, (1984 : 8).

[6] QS. At-Thiin: 6

[7] QS. Al- Ma’arij : 19
[8] QS. An-Nisaa’ : 28

[9] QS. Ibrahim : 7
[10] H.R Bukhari dan Muslim,
[11] H.R Bukhari,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar